Bertepatan dengan hari Kajeng Kliwon, Sasih Kanem dalam kalender Bali, Rabu (30/11), Desa Adat Kuta kembali menggelar upacara Nangluk Merana secara normal. (BP/edi)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Bertepatan dengan hari Kajeng Kliwon, Sasih Kanem dalam kalender Bali, Rabu (30/11), Desa Adat Kuta kembali menggelar upacara Nangluk Merana secara normal. Upacara ini, digelar seperti tahun-tahun sebelum masa pandemi Covid-19.

Menurut Bendesa Adat Kuta, I Wayan Wasista, untuk upacara Nangluk Merana tahun ini, kembali digelar secara normal. Meski sebelumnya, selama dua tahun saat pandemi Covid-19, prosesi Nangluk Merana digelar secara ngubeng. Untuk rangkaian upacara kali ini, pelaksanaannya dimulai dari pagi hari, yang diawali di Pantai Kuta yakni di depan pura segara dengan prosesi nangluk di segara, sekaligus nuwur tirta di telengin segara, yang kemudian di-pundut ke Pura Dalem.

Prosesi kedua dilaksanakan di catus pata, yang digelar bersamaan mulai pukul 06.00 Wita sampai selesai. “Tirta yang di-tunas di pura perempatan dan di segara ini, di-pundut ke Pura Dalem Kahyangan, dilanjutkan penyamblehan dengan kucit butuan,” kata Wasista saat ditemui di sela prosesi.

Baca juga:  Ribuan Warga Desa Adat Tegallalang Gelar Prosesi "Nyenuk"

Di Desa Adat Kuta ada 13 banjar yakni Banjar Plasa, Banjar Temacun, Banjar Pemamoran, Banjar Pengabetan, Banjar Pering, Banjar Tegal, Banjar Buni, Banjar Teba Sari, Banjar Jaba Jero, Banjar Anyar, Banjar Mertha Jati, Banjar Pande Mas, dan Banjar Segara. Untuk prosesi pelawatan dari masing-masing banjar, mulai dari Banjar Pelasa, dilaksanakan dari Jalan Majapahit, ada tiga lokasi, yakni Gebyog Kaler, Gebyog Tengah dan Kebyog Kelod.

Selanjutnya dari Banjar Pemamoran dan Banjar Temacun, dilanjutkan di depan Pasar Kuta atau depan Pura Desa, dan kedua di depan Banjar Temacun. Untuk Banjar Pande Mas, dilaksanakan di Catus Pata Bemo Corner, dilanjutkan di Unggan-unggan dan menuju ke Pura Dalem Kahyangan. Sementara itu, pelawatan dari Banjar tegal dilaksanakan di dua lokasi, yakni pertigaan Buni Sari dan pertigaan Pasar Seni Kuta.

Baca juga:  Desa Adat Gianyar Gelar Tawur Balik Sumpah Agung

Pelawatan dari Puri Satria Dalem Kaleran, dilaksanakan di perempatan Pasar Senggol Kuta dan di perempatan SD 1 Kuta. Yang terakhir, pelawatan dari Pura Lamun dan Tanjung Pikatan, merupakan pelawatan Barong Landung, dilaksanakan di patung baruna dan di perempatan jalan Satria di Ujung Selatan. “Jadi semua wilayah di wewidangan Kuta, telah dilaksanakan serentak Rabu ini. Puncaknya oleh Ida Pedanda dari Griya Telabah, setelah semua pelawatan ada di Pura Dalem Kahyangan,” terangnya.

Setelah semua rangkaian di Pura Dalem Kahyangan selesai digelar, semua pelawatan akan kembali ke masing-masing payogan. “Saat kembali ke masing-masing payogan, di jaba tengah Pura Dalem Kahyangan, juga digelar prosesi nyambleh kucit butuan. Ini merupakan prosesi yang sangat sakral,” ucapnya.

Baca juga:  Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa Gelar Tradisi "Caru Majaga-jaga"

Setelah semua pelawatan kembali ke payogan, para kelian, kelian maksan pelawatan, akan nunas tirta dan akan dipundut ke masing-masing banjar. Kemudian nantinya akan ditunas oleh masing-masing masyarakat untuk di percikkan ke masing-masing merajan. Tak hanya itu, para pelaku usaha di Kuta, juga turut berpartisipasi dengan memasang sanggah cucuk di depan tempat usahanya.

Makna dari kegiatan ini menurut Wasista adalah, untuk membersihkan Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Pasalnya saat ini, memasuki sasih kanem dalam kalender Bali. Yang mana dalam sasih ini, biasanya mulai masuk musim hujan dan rawan dengan wabah penyakit. “Untuk itulah melalui nangluk merana, digelar pacaruan Panca Sata Medurga, agar unsur negatif yang ada di Kuta, bisa dikembalikan ke tempat masing-masing,” bebernya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *