Suasana rumah warga yang temboknya jebol akibat dihantam banjir di Mumbul, Badung pada Kamis (24/11). (BP/edi)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Tembok penyengker rumah milik warga, Made Budi Astawa, di Perumahan Samatha Mumbul, kelurahan Benoa, hancur diterjang banjir, Rabu (23/11) malam. Tak hanya merobohkan tembok, banjir yang cukup besar ini juga menghanyutkan 5 sepeda motor dan merendam 2 mobil.

Beruntung tidak ada korban jiwa adalam kejadian ini. Namun dari informasi yang didapat, sebanyak 3 warga mengalami luka lecet akibat terkena serpihan tembok.

Menurut Komang Yoga, salah seorang anggota keluarga dari pemilik rumah, sebelum banjir ini melanda, memang hujan cukup deras. Saat itu, di rumah tersebut sedang dilakukan upacara piodalan di merajan setempat, serangkaian Tilem Sasih Kalima.

Usai piodalan, seluruh keluarga sempat makan bersama. Yoga bersama keluarganya yang tinggal di Jimbaran, rencananya kembali ke rumahnya, karena piodalan sudah selesai. Namun karena masih hujan deras, dirinya memilih untuk menunggu hujan reda.

Baca juga:  13 Provinsi Sudah Lampaui Kasus Harian Saat Puncak Delta

Berselang beberapa lama, sekitar pukul 22.30 WITA, tiba-tiba tembok penyengker rumah, roboh ke arah garasi. Saat tembok roboh, di garasi ada pemilik rumah bersama iparnya dan ibu. Ketiganya sempat terkena serpihan tembok yang roboh, dan mengalami lecet di bagian kaki. “Kebetulan saat kejadian ada 3 orang, terkena sepihak tembok dan mengalami luka lecet dan bengkak. Ada Ipar, kakak dan ibu yang mengalami keseleo di tangan,” ucapnya saat ditemui, Kamis (24/11).

Selain merobohkan tembok, banjir ini juga menghanyutkan 5 sepeda motor yang terparkir di luar. Bahkan kata Yoga, ada satu sepeda motor hanyut sampai masuk gorong-gorong.

Baca juga:  Bangun LRT Bandara Ngurah Rai-Kuta, Ini Kata Kadishub Bali

Sementara itu, paving jalam di perumahan itu, juga hanyut sampai sejauh 10 meter. Dikatakan, kondisi paving hanyut sebelumnya sudah pernah terjadi, sekitar 2018. Namun tidak.separah saat ini.

Selain itu beberapa material yang hanyut seperti meja, kursi juga menumpuk di sudut tempat suci rumah tersebut yang baru usai melakukan upacara.

Terpisah, menurut Nyoman Susila, salah seorang tetangga korban, yang saat kejadian ada di lokasi, dia sudah melihat airnya cukup deras, karena hujan turun dengan lebat. Saat itu dia sempat memneritahu korban dengan mengatakan kalau airnya deras sekali dan sempat dilihat oleh korban.

Namun selang beberapa saat terdengar suara tembok roboh dan ternyata tembok pembatas rumah korban sudah ambruk. Sebagai antisipasi ke depan kemungkinan nanti dia bersama warga akan membuat semacam lobang yang lebih besar sehingga air yang datang dari atas bisa tersalurkan. “Namanya musibah alam memang susah dibendung, mungkin nanti kita akan lakukan antisipasi agar kejadian ini tidak terulang,” bebernya.

Baca juga:  Positif COVID-19 di Klungkung Bertambah Sembilan Orang, Ini Klasternya

Terpisah Kepala Lingkungan (Kaling) Mumbul, Nyoman Astawa yang langsung turun saat kejadian mengungkapkan terjangan air memang cukup besar dikarenakan hujan yang sangat deras. Selain itu di tempat itu hampir tidak ada drainasenya.

Ia berharap kejadian ini mendapat perhatian dari pihak pemerintah terkait. Misalnya dengan membantu meringankan beban korban. Selain itu juga dengan mengambil langkah antisipasi agar tidak kembali terjadi bencana ke depannya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN