Prosesi melukat masal dan Baruna Astawa di Pantai Pasut, Desa Tibu biu, kecamatan Kerambitan, Tabanan pada Minggu (23/10). (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Sehari setelah perayaan hari suci Saraswati umat Hindu disebut Banyu Pinaruh biasanya sebagain besar melaksanakan panglukatan di sumber mata air yang ada. Seperti melukat masal dan Baruna Astawa di Pantai Pasut, Desa Tibubiu, Kecamatan Kerambitan, Tabanan pada Minggu (23/10).

Sebanyak 500 umat Hindu mulai dari pelajar, tokoh masyarakat dan masyarakat umum berbaur melakukan Panglukatan yang melibatkan sembilan sulinggih se-Kecamatan Kerambitan. Ketua Panitia kegiatan Jero Mangku I Wayan Sukarya, S.Sos. menjelaskan, sudah menjadi tradisi umat Hindu, kegiatan pengelukatan massal Banyupinaruh dan Barunastawa dilaksanakan oleh PSN (Pandita Sanggraha Nusantara) bekerja sama dengan Yayasan Giri Daksa Widya Sading (Kukuh, Kerambitan).

Baca juga:  Mandi di Pantai Lebih, Wirudita Terseret Arus

Kegiatan ini didukung sepenuhnya oleh masyarakat Banjar Pekraman Pasut, dan Desa Pekraman Tibubiu, serta dukungan dari Pemerintah Kabupaten Tabanan. “Rahina Banyu Pinaruh meupakan hari baik, hari dimana kita memohon sumber air pengetahuan untuk membersihkan kekotoran atau kegelapan pikiran (awidya) yang melekat dalam tubuh umat,” terangnya.

Menurutnya, kegiatan pengelukatan massal banyu pinaruh lan Baruna Astawa sebagai umat Hindu tidak akan pernah terlepas dari kegiatan upacara atau yadnya. Yadnya saat ini adalah korban suci yang dipersembahkan kepada Sang Hyang Baruna Sakti, yang berstana di tengah samudra.

Baca juga:  Lima Sulinggih "Puput" Tawur Tabuh Gentuh di Bencingah Pura Agung Besakih

“Bertepatan dengan Banyu Pinaruh, kita nunas Tirta Amerta yang disatukan dengan Tirta Puja Ida Pandita, sehingga menjadikan Buana Agung (alam) menjadi lebih damai, kemudian manusia beserta isinya juga mendapatkan percikan tirta pengelukatan mendapatkan kebahagian secara lahir dan batin,” jelasnya.

Prosesi upacara dipuput oleh sembilan Sulinggih seperti Ida Pandita Mpu Nabe Tridaksa Nata Manuaba dari Griya Agung Lingga Geni, Kukuh Kerambitan, Ida Pandita Mpu Dwidaksa Darma Manuaba Griya Mandung, Ida Pandita Mpu Parama Manik Kusuma Manuaba Grya Agung Kemoning Sari Manuaba, Ida Pandita Mpu Dwikusuma Nanda Grya Umasari Geda, Ida Pedandha Gede Putra Singarsa Manuaba Griya Penarukan Tengah, Rsi Bujangga Waisnawa Adi Karalingga Grya Tegehan, Ida Bhagawan Sidi Yoga Dwija Putra Grya Gede Gedong Artha, Ida Hyang Bhagawan Agung Ananda Narendra Kusuma Grya Agung Sadaksa dan Sri Mpu Pandya Çhri Wijaya Ananda Putra Grya Gede Agni Bhuwana. (Puspawati/balipost)

Baca juga:  Wisatawan Asal Prancis Terseret Arus Pantai Pasut
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *