Nyoman Kenak. (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Perayaan Tumpek Krulut adalah implementasi Surat Edaran Gubernur Bali nomor 4 tahun 2022 tentang tata titi kehidupan masyarakat Bali berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi dalam Bali era baru. Maka dari itu Gubernur Bali menyuarakan Tumpek Krulut adalah rahina tresna asih atau hari kasih sayang melalui Instruksi Nomor 8 tahun 2022. Tumpek Krulut sebagai wujud implementasi Jana Kerthi, saling menyayangi sesama manusia.

Kebijakan ini menurut Ketua PHDI Bali Nyoman Kenak dalam Dialog Merah Putih, Rabu (13/7) di Warung 63, Jalan Veteran Denpasar sangatlah tepat. Imbauan Gubernur Bali tentang pelaksanaan perayaan hari Tumpek Krulut ini merupakan implementasi dari Jana Kerthi.

Jana Kerthi merupakan bagian dari Sad Kerthi Loka Bali. Ada enam tumpek yang harus dilaksanakan setiap 210 hari, berarti setiap dua tahun bisa terjadi dua kali Tumpek Krulut. Keenam tumpek tersebut yaitu Tumpek Landep, Tumpek Wariga, Tumpek Kuningan yang diselingi dengan uncal balung, Tumpek Uye, Tumpek Wayang dan Tumpek Krulut. Dijelaskannya, tumpek adalah hari pertemuan antara akhir pancawara dan saptawara.

Baca juga:  Hari Valentine, Kenali Makna di Balik Delapan Jenis Bunga Ini

Dalam implementasi Jana Kerthi harus diawali dengan pelaksanaan penyucian atau aturan-aturan yang terkait tentang Tumpek Krulut. Gubernur Bali telah menjelaskan aturan tersebut dan ia menegaskan, upacara Tumpek Krulut dari dulu dilaksanakan berdasarkan sastra yang ada. “Sastra dalam kekinian adalah Peraturan Gubernur, sudah diimbau tentang pelaksanaan Jana Kerthi, mutlak harus dilaksanakan,” ujarnya.

Dalam implementasi Jana Kerthi tidak bisa lepas dari upakara dan pembersihan jasmani dan rohani serta pengendalian diri. Pengendalian diri tanpa persembahan dan puja bertolak belakang dengan pemujaan Brahma, karena Bali tidak bisa terlepas
dari upakara.

Kenak mengatakan bentuk upakara paling kecil bisa berupa canang, lebih mampu lagi ada pejati dan sesayut. Sesayut adalah simbol mewujudnyatakan harapan kita, simbol kasih sayang terhadap Tuhan, sesama manusia dan alam.

Dengan implementasi Jana Kerthi lewat Tumpek Krulut membuat kehidupan gumi Bali harmonis. Guru Ajeg Bali yang juga guru SMAN 1 Rendang, I Komang Warsa, S.Pd., M.Si., mengatakan, tumpek bisa bermakna tampek yang artinya mendekat.

Baca juga:  Antisipasi Genangan, BPJN Perbesar Cross Drain di By Pass Nusa Dua

Menurutnya tumpek adalah titik balik yang mengajarkan sebagai umat manusia untuk menyayangi apa pun yang diciptakan Tuhan. Bahkan semua hari tumpek menurutnya mengajarkan kasih, jadi tidak hanya Tumpek Krulut tapi juga rahina tumpek lainnya.

Dari satu konsep mengharmoniskan alam, keenam siklus tumpek mengajarkan kasih terhadap tumbuhan, hewan, dan alam. Tapi momen terdekat sebagai hari
kasih sayang sesama manusia adalah Tumpek Krulut, karena krulut berasal dari kata lulut yang berarti kasih.

Dengan demikian Bali telah memiliki hari kasih sayang yaitu hari tumpek. Ditambah dengan tumpek krulut merupakan konsep ajaran Agama Hindu yang juga ada pada agama lain yaitu kasih dan tanpa kekerasan.

Dengan filosofi agama tersebut, ia menyimpulkan upaya yang dilakukan Gubernur Bali sangat berkepentingan untuk kemajuan umat Hindu dan tradisi di Bali yang dituangkan dalam bentuk instruksi nomor 8 tahun 2022. Selain itu pelaksanaan beragama Hindu di Bali tidak bisa dilepaskan dengan sastra lontar dan Veda.

Baca juga:  K3S Gianyar Ajak Masyarakat Peduli Lansia

Perpaduan inilah yang melahirkan Hindu Bali. Penyuluh Agama Hindu Kota Denpasar sekaligus Ketua Pandu Nusa Provinsi Bali, I Putu Widya Candra Prawartana, M.Pd. mengatakan, masyarakat harus memahami makna dari Tumpek Krulut agar tak sekedar merayakan tapi juga menjadi ajang refleksi diri.

Saat dunia ini mengalami penderitaan, kesengsaraan, seharusnya ditawur di laut (Segara Kerthi), di Wana Kerthi dan semuanya diinternalisasikan dalam diri manusia yaitu Jana Kerthi. Implementasi Jana Kerthi sudah banyak hal dilakukan salah satunya adalah dengan penerapan konsep sagilik saguluk salunglung sabayantaka, konsep pengikatan sapu lidi agar tidak berantakan, dll.

Dia mengartikan bahwa tumpek berarti mendekat yang dapat diartikan mendekatkan ajaran-ajaran cinta kasih ke dalam diri manusia. Oleh karena itu, Tumpek Krulut sangat tepat sebagai ajang pelaksanaan kasih sayang bagi sesama umat Hindu. Bahkan dia mengatakan makna Tumpek Krulut ini harusnya dilaksanakan setiap hari dengan menjalani kehdupan penuh kasih dan sayang. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN