Putu Gede Hendrawan. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali Era Baru terus bergerak dengan berbagai kebijakan dan pembangunan serta penguatan infrastruktur oleh Gubernur Bali Wayan Koster. Langkah ini direspons positif banyak pihak.

Pembangunan Pusat Kebudayaan Bali (PKB) dan ditatanya kawasan Pura Besakih diyakini akan menjadi kekuatan baru pariwisata Bali. Tak hanya itu, pembangunan tower Turyapada setinggi 1.636 meter di Desa Pegayamanan Buleleng, akan menjadi wisata berbasis tenologi yang menjadi kekuatan baru bagi Bali dalam membidik wisatawan. Kini, Bali bergerak mewujudkan ekosistem pariwisata budaya yang kuat, inovatif dan memiliki keunggulan khas.

Langkah nyata Gubernur Koster menyelamatkan dan merawat pariwisata Bali ini diapresiasi Ketua Bali Vila Association (BVA) Putu Gede Hendrawan dan Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali Yoga Iswara, Jumat (17/6). Kalangan pariwisata menilai gagasan cerdas Gubernur Koster ini bukti kepedulian dan keberpihakan terhadap pariwisata. ‘’Bali dengan persentase kunjungan repeater guest yang tidak sedikit, tentu akan membuat Bali membosankan jika tak ada alternatif baru. Namun, Gubenur Koster telah menjawab hal itu dengan berbagai kebijakan pembangunan dan komitmennnya menjadi pariwisata berbasis budaya di Bali. Kami kalangan pariwisata berterima kasih atas kebijakan Gubernur Koster membangun ekosistem pariwisata Bali yang kuat dan berpihak pada penguatan ekonomi Bali,’’ ujarnya.

Ia mengatakan destinasi wisata baru berbasis budaya Bali, akan membawa vibrasi baru bagi wisatawan
untuk berkunjung ke Bali. Beberapa destinasi baru yang cukup memberi nafas baru yaitu Turyapada Tower di Desa Pegayaman, Buleleng dan Pusat Kebudayaan Bali (PKB) di Klungkung.

Baca juga:  Hadiri Rekasedana Sendratari, Menteri PUPR Kagumi Kebudayaan Bali 

Kedua destinasi tersebut akan menjadi hal baru bagi wisatawan karena kental dengan aroma budaya Bali.
“Kedua destinasi baru tersebut merupakan gagasan
atau ide yang luar biasa. Ini membuktikan Gubernur Bali Wayan Koster peduli dengan pariwisata kita yang berbasiskan budaya,” ujarnya.

Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali, di Desa Pegayamanan, Sukasada, Kabupaten Buleleng ini selain membantu penguatan sinyal, membantu penyiaran TV, khususnya di daerah Singaraja, di tower tersebut juga akan dilakukan aktivitas pariwisata. Tower ini juga diyakini akan menjadi magnet baru pariwisata Bali yang memadukan sentuhan teknologi dan budaya Bali. ‘’Ini gagasan cerdas Gubernur Koster yang pantas diapresiasi. Mudah-mudahan Bali kembali menjadi padma bhuwana dunia dan menebar vibrasi harmoni bagi dunia,’’ jelasnya.

Selain itu, ia berharap muncul destinasi wisata baru lainnya seperti desa wisata. Desa wisata menurutnya sangat potensial dikembangkan menjadi destinasi wisata baru karena otak dari kebudayaan Bali ada dalam masyarakat Bali beserta dengan aktivitasnya sehari-hari.

Wisatawan tentu akan melihat lebih dekat aktivitas budaya tersebut di desa-desa wisata. Sehingga nantinya selain Bali dikenal sebagai Pulau Seribu Pura, juga akan dikenal sebagai Pulau Seribu Desa Wisata.

“Saat pariwisata Bali perlahan mulai bangkit dan mulai berjalan seperti sedia kala, Bali sudah memiliki destinasi baru, telah memiliki objek atau tujuan
pariwisata yang baru sehingga Bali tidak membosankan untuk dikunjungi karena objek wisatanya itu itu saja,” tandasnya.

Baca juga:  Gali Sumber PAD Baru, Perusahaan Peroleh Tender di Bali Harus Lakukan Ini

Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali Yoga Iswara mengatakan, Pemerintah
Provinsi Bali sedang menata kembali pondasi Bali melalui program-program yang dirancang untuk memperkokoh kebudayaan Bali melalui peningkatan
pelindungan, pembinaan, pengembangan dan pemanfaatan nilai-nilai adat, agama, tradisi, seni dan budaya Krama Bali. Hal ini dilakukan karena sudah
terjadi degradasi budaya yang dapat merongrong Taksu Bali yang menjadi pesona dan roh dari Bali itu sendiri termasuk pariwisata.

Pariwisata yang menjadi sektor unggulan di Bali tentunya sangat mendukung setiap upaya yang dilakukan dalam penguatan budaya Bali yang sujatinya menjadi daya tarik utama Bali dibandingkan kompetitor lainnya. Banyak destinasi lainnya yang memiliki pantai lebih menawan dari Bali. Atau banyak
destinasi yang memiliki keindahan alam yang lebih baik dari Bali. Bahkan banyak destinasi lainnya yang memiliki wisata kuliner yang lebih enak dari Bali.

Namun yang tidak bisa ditiru oleh destinasi lainnya adalah budaya Bali itu sendiri, sangat unik, dan luhur.
Sehingga upaya pemerintah untuk mengembangkan destinasi wisata yang berbasis budaya salah satu contohnya adalah Pusat Kebudayaan Bali (PKB) di Klungkung adalah bentuk sikap percaya diri dan hormat pada budaya Bali yang adi luhur.

Penghormatan terhadap budaya Bali juga dilakukan Pemerintah Pemprov Bali melalui penguatan regulasi yang membentengi pilar pilar budaya Bali, seperti penggunaan Aksara Bali (Pergub No. 80, Tahun 2018), menggunakan Busana Adat Bali setiap hari Kamis
(Pergub No. 79, Tahun 2018), menggunakan Endek Bali setiap hari Selasa (Pergub No. 04, Tahun 2021), memanfaatkan produk pertanian, perikanan dan industri lokal (Pergub No. 99, Tahun 2018). “Menggunakan produk Arak Lokal (Pergub 1, Tahun 2020), Pemanfaatan produk garam lokal (Pergub 17, Tahun 2021), Tidak menggunakan plastik sekali pakai (Pergub 97, Tahun 2018), Mengolah sampah berbasis sumber (Pergub 47, Tahun 2019), Menggunakan Pembangkit Tenaga Surya (Pergub 45, Tahun 2019), Menjaga Kesucian dan Kelestarian Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut (Pergub 24, Tahun 2020) dan lainnya menjadi push and pull factor dalam meyelamatkan pembangunan Bali secara fundamental dan komprehensif berlandaskan nilai-nilai kearifan lokal,” ungkap Yoga Iswara lulusan Doktor Pariwisata Udayana ini.

Baca juga:  Di Balingkang Kintamani Festival, Koster Minta Wisatawan Tiongkok Sering ke Bali

Yoga menambahkan, dalam pelaksanaan semua ini, harapannya untuk pelaku pariwisata tidak menjadikan
sebagai beban, seperti ibaratnya Pulau Bali itu adalah Angsa yang Bertelur Emas. “Kia boleh menikmati telur emas tersebut namun jangan lupa kewajiban resiprokal kita yaitu menjaga dengan baik angsanya, karena sesungguhnya tugas kita selaku pengelola/pengusaha yaitu selain mendapatkan profit adalah sekaligus menjaga destinasi Bali itu sendiri termasuk budaya, alam dan manusia Bali yang menjadi dasar Taksu Bali, sehingga proses ini bisa tetap berjalan berkelanjutan,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN