Tangkapan layar peta zona risiko penyebaran COVID-19 nasional. (BP/iah)

DENPASAR, BALIPOST.com – Penyebaran kasus COVID-19 secara nasional terus menunjukkan perbaikan. Bahkan, sejak 15 Oktober, jumlah kasus harian yang dilaporkan nasional selalu di bawah 1.000 orang.

Dilihat dari evaluasi penanganan pandemi COVID-19 per 24 Oktober yang dirilis Selasa (26/10), hanya ada 2 warna zona risiko penyebaran yang kini ada di Indonesia. Zona itu adalah kuning (risiko rendah) dan hijau (tanpa ada tambahan kasus).

Dibandingkan sepekan sebelumnya yang masih ada kabupaten/kota dengan zona orange, kondisinya sudah membaik. Telah 6 minggu, Indonesia nihil zona merah. Per evaluasi minggu ini, zona risiko sedang atau orange yang minggu lalu ada 2 kabupaten/kota (0,39 persen), juga nihil (0 persen).

Zona risiko rendah atau kuning mendominasi. Namun, jumlahnya turun dari 509 kabupaten/kota (98,05 persen) menjadi 504 kabupaten/kota (98,05 persen). Sedangkan tidak ada kasus atau zona hijau jumlahnya mengalami kenaikan dari 8 kabupaten/kota (1,56 persen) menjadi 10 kabupaten/kota (1,95 persen).

Dalam arahannya kepada kepala daerah seluruh Indonesia, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan bahwa meski situasi penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia makin membaik, namun harus tetap disikapi dengan hati-hati. Sejumlah indikator seperti tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit atau bed occupancy ratio (BOR), positivity rate, hingga laju reproduksi efektif (Rt) telah berada di bawah standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga:  Penutupan Pendakian Gede Pangrango Diperpanjang

“Artinya, pada posisi yang baik, pada posisi yang rendah. Tetapi perlu saya ingatkan bahwa pandemi ini belum berakhir,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Selasa.

Disebutkannya, perkembangan kasus harian juga telah menurun drastis jika dibandingkan dengan kasus saat puncak penularan yang sempat mencapai 56 ribu kasus positif. Dalam empat hari terakhir, kasus harian relatif rendah yakni 22 Oktober hanya 760 kasus, 23 Oktober 802 kasus, 24 Oktober 623 kasus, dan 25 Oktober 460 kasus.

Meski demikian, Kepala Negara juga mengingatkan bahwa tren kasus positif di dunia dalam minggu ini mengalami kenaikan sekitar dua persen. Di Eropa misalnya, dalam minggu ini naik sampai 23 persen. Di Amerika Selatan naik 13 persen. “Inilah yang harus mengingatkan kita, bahwa kita harus tetap pada posisi hati-hati, pada posisi waspada karena dunia masih dihadapkan pada ketidakpastian. Sekali lagi, terjadi tren kenaikan kasus dunia,” imbuhnya.

Presiden menuturkan bahwa tren kenaikan kasus tersebut masalahnya ada pada tiga hal. Pertama, relaksasi yang terlalu cepat dan tidak melalui tahapan-tahapan. Kedua, protokol kesehatan yang tidak disiplin lagi, misalnya kebijakan lepas masker di sejumlah negara. Ketiga, pembelajaran tatap muka di sekolah.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Naik dari Sehari Sebelumnya

“Hati-hati juga mengenai sekolah, yaitu pembelajaran tatap muka. Tiga hal ini agar kita semuanya hati-hati,” lanjutnya.

Menurut Presiden, protokol kesehatan di sekolah harus dijalankan secara disiplin dan ketat terutama di sejumlah area seperti kantin dan tempat parkir. Selain itu, Presiden juga meminta agar para kepala daerah dan seluruh jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) untuk turut mengingatkan pihak sekolah. “Kita juga perlu pengawasan lapangan. Manajemen pengawasan lapangan ini sangat diperlukan sehingga kejadian-kejadian yang ada di negara lain tidak terjadi di sini,” ungkapnya.

Presiden menekankan pendidikan yang berkualitas harus tetap dihadirkan bagi anak-anak Indonesia. “Saya berharap agar pembelajaran tatap muka terus didorong, tetapi juga percepatan vaksinasi terhadap anak-anak kita, murid-murid kita juga dipercepat. Pendidikan yang tetap berkualitas harus kita hadirkan di tengah-tengah anak didik kita,” tandasnya.

Dalam pengarahannya, Presiden juga menyoroti sejumlah daerah sempat mengalami kenaikan kasus meskipun sedikit, misalnya di Maluku Utara tiga minggu yang lalu, di Papua Barat, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Utara dua minggu yang lalu, dan di Gorontalo, Kalimantan Barat, serta Sulawesi Tenggara di minggu kemarin. “Kenaikan itu ada meskipun kecil. Oleh sebab itu, saya minta Gubernur, Pangdam, Kapolda mengingatkan kepada Bupati, Wali Kota, kepada Kapolres dan juga Dandim, Danrem agar tetap meningkatkan kewaspadaan, memperkuat tracing dan testing, dan juga tes betul-betul kontak eratnya dengan siapa,” ujar Presiden.

Baca juga:  Naik 35 Persen, Limbah Medis di RSU Bangli

Secara khusus, Presiden meminta jajarannya untuk mewaspadai peningkatan kasus yang terjadi di 105 kabupaten/kota. “Kemudian juga ada 105 kabupaten/kota di 30 provinsi yang kasus positifnya naik. Meskipun, sekali lagi, meskipun sedikit tetapi tetap ini harus diwaspadai. Ada 105 kabupaten dan kota,” ujarnya.

Presiden pun mengingatkan agar semua pihak memaksimalkan penggunaan platform aplikasi PeduliLindungi, utamanya di mal, di tempat-tempat wisata, dan di pasar-pasar. Presiden juga melihat masih ada tempat-tempat tersebut yang belum ada QR Code PeduliLindungi tetapi tetap dibuka. “Controlling seperti ini harus diingatkan kepada keluarga kita, tempat-tempat wisata, mal, dan lain-lainnya harus terus diwaspadai dan dikontrol,” katanya.

Terkait mobilitas ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan juga sempat menyinggung. Ia mengatakan penurunan level PPKM di Jawa dan Bali berdampak pada meningkatnya mobilitas masyarakat di atas baseline. “Terkait ini, Presiden juga mengingatkan bahwa mulai banyak kelemahan pengawasan di lapangan. Dan harus segera kembali dijaga dan dipertegas pengawasannya. Karena kunci dari penyesuaian atau pelonggaran PPKM ialah manajemen pengawasan lapangan,” tegasnya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN