Seorang siswa SD mengikuti protokol kesehatan COVID-19 dengan memakai masker dan menggunakan hand sanitizer sebelum masuk ke ruang kelas saat pelaksanaan PTM di tengah pandemi. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tren peningkatan kasus COVID-19 yang terjadi dalam 14 hari terakhir tak membuat pembelajaran tatap muka (PTM) dihentikan. Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Jawa Bali Luhut Binsar Pandjaitan, Senin (24/1), menegaskan pemerintah akan tetap melanjutkan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah, meski kasus COVID-19 terus meningkat.

Luhut dalam keterangan pers virtual dipantau dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, mengatakan hingga saat ini belum ada kejadian luar biasa dalam penyebaran varian omicron. “Pembelajaran sampai saat ini tetap dilaksanakan. Kalau ada hal-hal yang luar biasa, akan diambil keputusan tersendiri. Jadi kami tidak ada rencana untuk menghentikan tatap muka, sekolah tatap muka,” tegasnya.

Baca juga:  Trump Ingin Lockdown di AS Secepatnya Dicabut

Luhut sebelum menjawab pertanyaan wartawan terkait PTM memaparkan bahwa dalam sepekan terakhir, kasus COVID-19 nasional mengalami kenaikan. Sebagian besar kasus ada di Jawa-Bali, tapi kasus aktif harian masih lebih rendah lebih dari 90 persen jika dibandingkan dengan kasus puncak varian delta.

Ia mengakui kenaikan kasus meningkatkan angka reprpduksi efektif. Dari data yang diungkapkan Luhut, saat ini pemerintah mewaspadai kenaikan angka reproduksi efektif di Jawa-Bali.

Pada saat ini, ungkapnya, Rt di Jawa sudah mencapai 1 dan di Bali telah melampaui itu. “Namun, sekali lagi pemerintah tetap mewaspadai, terutama melihat angka reproduksi efektif mulai mengalami peningkatan. Saat ini, angka Rt di Jawa sudah mencapai 1 dan di Bali lebih dari 1,” ungkapnya.

Baca juga:  Lima Ribuan Kasus COVID-19 Dilaporkan Nasional

Luhut mengatakan dari data yang dihimpun, kasus di Jawa-Bali mendominasi kasus harian yang naik. “Kenaikan di Jawa-Bali, kami identifikasi masih bersumber dari peningkatan pada wilayah aglomerasi Jabotabek,” papar Luhut.

Namun, ia mengatakan sejak ditemukannya kasus Omicron di Indonesia pada sebulan lalu, belum ada kenaikan kasus yang cukup eksponensial seperti terjadi di berbagai negara di dunia. Saat ini, okupansi atau keterisian tempat tidur RS di Jawa-Bali lebih baik dari kenaikan kasus saat varian Delta melanda. “Kasus kematian harian di seluruh Jawa-Bali selama 14 hari terakhir ini masih pada tingkat yang sangat rendah.

Baca juga:  Jadi Salah Satu Klaster Penyebaran COVID-19, Penerapan Prokes di Pasar Tradisional Dipantau

Berkaca dari trajectory kasus di Afrika Selatan, pemerintah dikatakannya memprediksi kasus akan terus meningkat. Namun, satu hal yang ditemukan adalah tingkat kematian aktual di DKI Jakarta lebih rendah dari trajectory yang dilakukan. “Menurut kami, tingkat vaksinasi yang lebih tinggi dari Afrika Selatan dan penggunaan PeduliLindungi juga menjadi salah satu faktor. Dan lebih dari itu, kita merasa bahwa bangsa kita masih lebih disiplin dari banyak negara lain,” ujarnya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *