Tri Budhianto. (BP/dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pemerintah telah menggulirkan berbagai program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Hingga 20 Agustus 2021, total realisasi PEN ke Bali sebesar Rp 3,179 triliun. Tujuannya untuk menjaga daya beli masyarakat. Demikian disampaikan Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bali Tri Budhianto, belum lama ini.

DJPb ditarget merealisasikan anggaran dari pemerintah pusat untuk Bali pada triwulan III sebesar 70% agar mampu mendukung fundamental ekonomi Bali yang saat ini baru mencapai 56,5% atau Rp 6,62 triliun. “Realisasi anggaran ini kita dorong terus supaya bisa menahan, supaya pertumbuhan ini bisa tetap bagus. Namun demikian perlu diselaraskan antara belanja pemerintah daerah dan pusat,” ujarnya.

Semua upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka untuk memperkuat konsumsi masyarakat karena saat ini yang bisa mendukung perekonomian, baru konsumsi. Maka dari itu, program yang paling banyak digulirkan adalah program perlindungan sosial. Untuk mengoptimalkan program ini agar dapat mendorong perekonomian, maka perlu percepatan penyaluran yang dilakukan pemerintah daerah.

Baca juga:  ASN Buleleng Belum 10 Tahun Dilarang Pindah Tempat Tugas

“Perlindungan sosial juga sifatnya juga memberikan kekuatan kepada masyarakat untuk bisa belanja, bertahan hidup. Ini endingnya juga akan ke konsumsi masyarakat. Sambil berjalan, kita upayakan memperkuat perekonomian, satu – satunya yang kita harapkan adalah belanja pemerintah yang kita harapkan menopang perekonomian kita,” jelasnya.

Kepala BPS Bali Hanif Yahya, Kamis (2/9) mengatakan, ada dua kota amatan pergerakan harga di Bali yaitu Denpasar dan Singaraja. Pada Agustus 2021, Denpasar mengalami inflasi 0,11% (mtm) dan Singaraja mengalami deflasi -0,07% (mtm). Pergerakan harga ini merupakan perbandingan harga Agustus 2021 dengan Juli 2021.

Secara secara year to date (ytd), akumulasi Januari 2021 sampai Agustus 2021, Denpasar mengalami inflasi 0,59% dan Singaraja mengalami inflasi 0,92%. Sedangkan perbandingan harga Agustus 2021 dengan Agustus 2020 yang disebut yoy, Denpasar mengalami inflasi 0,99% dan Singaraja mengalami inflasi 2,45%.

Baca juga:  Aktif Tingkatkan Literasi Keuangan, Bank Lestari Bali (BPR) Raih LPS Banking Award 2022

Namun secara hitungan tahun kalender (ytd) dan yoy, inflasi komponen inti di Singaraja terlihat lebih tinggi, sementara Denpasar masih rendah bahkan di bawah 0,5%. Biasanya level inflasi inti yang aman untuk daya beli di kisaran 3,10%.

Menurut komponen, inflasi inti Denpasar tercatat 0,27%, administered price (harga yang diatur pemerintah) mengalami deflasi -0,11% dan komponen bergejolak, Denpasar mengalami deflasi -0,36%. Di Singaraja, komponen inti mengalami inflasi 0,48% administered price mengalami inflasi 0,10%, dan komponen harga bergejolak mengalami deflasi -1,71%.

Hanif mengatakan, perkembangan harga di Singaraja dan Denpasar ini telah mencerminkan daya beli yang membaik, karena jika dilihat laju menurut komponennya, terlihat di kedua kota amatan menunjukkan komponen inti (core inflation) yang positif. “Inflasi yang mulai naik bisa menjadi sinyal ada perbaikan daya beli,” ujarnya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Bali Trisno Nugroho mengatakan, Agustus 2021 Bali mencatat inflasi sebesar 0,10%, meningkat dibanding bulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi sebesar 0,04% (mtm). Secara spasial, inflasi terjadi di Kota Denpasar sebesar 0,12% (mtm) sementara Kota Singaraja mengalami deflasi sebesar 0,06% (mtm).

Baca juga:  Hari Ini, Transmisi Lokal COVID-19 Dominasi Kasus Baru di Bali

Peningkatan tekanan harga terjadi pada kelompok core inflation. Sedangkan kelompok administered price dan volatile food tercatat menurun. Secara tahunan, Bali mengalami inflasi sebesar 1,19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,93% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 1,59% (yoy).

Kenaikan inflasi inti dapat menjadi salah satu indicator peningkatan permintaan. Di tengah masih lemahnya perbaikan daya beli, peningkatan permintaan ini lebih disebabkan faktor seasonal. Kondisi ini tercermin dari sumber inflasi kelompok core yakni harga canang sari. Peningkatan harga canang sari terjadi seiring dengan tingginya upacara adat dan keagamaan sepanjang bulan Agustus 2021 yang dipercaya sebagai bulan baik bagi masyarakat Bali. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *