Kontrol Populasi – Upaya yang dilakukan Dinas Pertanian dan Pangan untuk menekan populasi anjing yang terus meningkat di Jembrana dengan kontrol populasi. (BP/Olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Populasi anjing di Kabupaten Jembrana terus membengkak. Populasi ini perlu dikendalikan, apalagi dengan banyaknya kasus desa zona merah rabies tahun 2021, dimana anjing menjadi salah satu hewan penular rabies (HPR). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan populasi anjing itu dengan steril permanen anjing baik betina maupun jantan.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan pada Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, Wayan Widarsa, Kamis (12/8) saat kegiatan kontrol populasi di Balai Banjar Tegalasih, Desa Batuagung, mengatakan dari data 2020 lalu, populasi anjing di Jembrana cukup tinggi. Dengan jumlah 46 ribu ekor, termasuk anjing peliharaan maupun anjing liar. “Jumlah itu tergolong tinggi. Kita berusaha melakukan kontrol populasi untuk menekan terus naik salah satunya dengan kegiatan streil permanen ini,” kata Widarsa.

Baca juga:  Dari Usaha Ini, Ketut Teler Raup Omzet Hingga Rp 10 Juta Per Bulan

Steril permanen dilakukan di beberapa titik di Kabupaten Jembrana yang berdasarkan analisa wilayah dengan populasi anjing tinggi dan zona merah rabies. Dinas bekerjasama dengan salah satu Yayasan dan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jembrana pada pekan ini, menyasar dua wilayah yakni di Batuagung, Kecamatan Jembrana dan Kelurahan Banjar Tengah, Kecamatan Negara. “Di Batuagung ini masuk zona merah, ada dua kasus rabies di dua banjar dan banyak menggigit orang. Sedangkan di Tinyeb, Banjar Tengah besok juga dilakukan disana populasi anjing liar juga cukup banyak,” tandas Widarsa mewakili Kadis Pertanian dan Pangan, Wayan Sutama.

Baca juga:  Wakil UE Nilai Menlu Rusia Tak Hormati Pertemuan G20

Upaya kontrol populasi di terapkan Kastrasi untuk anjing jantan dan ovario histeroktomi untuk anjing betina. Selain itu juga dilakukan vaksinasi rabies bagi anjing-anjing milik warga. “Jadi tujuan utamanya untuk menekan populasi, agar anjing yang dilepasliarkan tidak terus beranak pinak. Kebiasaan warga membuang anjing betina begitu saja, sehingga liar beranak pinak,” tambahnya.

Dari data yang dihimpun, hingga Juli lalu sudah ada 10 kasus anjing rabies ditemukan di Jembrana. Salah satunya di Desa Batuagung dan Desa Melaya dengan dua kasus ditemukan. (Surya Dharma/Balipost)

Baca juga:  Kasus Cambuk Istri dan Ancam dengan Celurit Berakhir Damai
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *