I Nyoman Rutha Ady. (BP/Istimewa)

Oleh I Nyoman Rutha Ady S.H., M.H.

Awal Juli 2021 Bali menyandang rapor merah penularan pandemi COVID-19 selain Pulau Jawa. Tentu saja keputusan ini bagaikan petir di siang bolong yang membuat masyarakat Bali tersentak di tengah mulai menggeliatnya perekonomian meskipun masih dalam skala kecil.

Pasca Indonesia dilanda COVID-19, ekonomi Bali semakin terpuruk bahkan kondisinya paling buruk dibandingkn 33 provinsi lainnya di Indonesia. Ini terjadi akibat pertumbuhan perekonomian Bali mengandalkan sektor pariwisata.

Pasalnya sejak virus pandemi COVID-19 melanda hampir semua negara di belahan dunia, lalu lintas orang yang melakukan perjalanan antar-daerah/pulau dan antar-negara yang menjadi aspek utama pergerakan sektor pariwisata dibatasi secara ketat.

Akibatnya daerah yang pertumbuhan ekonominya bertumpu pada sektor pariwisata tidak mampu bertahan apabila meluasnya penularan pandemi COVID-19 tidak dapat diatasi dan dihentikan secara masif. Bali memiliki sejarah panjang dalam perspektif pengembangan sektor pariwisata bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Bali kesohor di mancanegara dengan berbagai sebutan. Diantaranya: Island of The God, Paradise Island, A Thousand Temple, Morning of The World dan banyak lagi sebutan lainnya. Taksu Bali yang bersinar dari keagungan serta keunikan budayanya telah menjadikan Bali sebagai destinasai wisata papan atas kelas dunia.

Baca juga:  Dana Desa dan Pemberdayaan Ekonomi

Pariwisata Bali juga membuka peluang kerja bagi ribuan tenaga kerja di berbagai jenis usaha mulai dari industri papan atas hingga bisnis pariwisata yang digeluti oleh kalangan rakyat menengah ke bawah. Ketika pandemi COVID-19 belum bisa dipastikan kapan akan berakhir, bahkan hari-hari ini menunjukkan penularan yang semakin meluas, nasib pariwisata Bali seolah berdiri sunyi di persimpangan jalan.

Upaya mengangkat pariwisata Bali dari keterpurukan oleh pemerintah pusat dan daerah bukannya tidak ada. Berbagai program seperti pemberian stimulus melalui kucuran dana hibah kepada kalangan industri pariwisata serta janji membuka kran kunjungan wisatawan bagi Bali hingga work from (bekerja dari) Bali.

Tetapi ternyata semua itu seakan mendapat perlawanan oleh hantu pandemi COVID-19 sehingga terkesan maju-mundur tanpa kepastian. Padahal antusiasme kalangan industri pariwisata menyongsong dibukanya pintu masuk Bali untuk kunjungan wisatawan telah diupayakan secara maksimal sebagaimana persyaratan yang ditentukan.

Tetapi harapan demi harapan yang tidak kunjung terwujud membuat masyarakat semakin sulit untuk bertahan akibat menipisnya modal yang mereka miliki. Sementara sarana dan prasarana pariwisata yang sudah lama tidak menghasilkan apa-apa, perlu tetap dipelihara agar tidak menjadi “monumen”.

Baca juga:  Pajak Sembako, Siapa Terdesak?

Di tengah kelesuan bisnis yang sedang dirasakan oleh kalangan pengusaha pariwisata, Bali saat ini juga sedang menghadapi dilema kesulitan mempertahankan kwalitas aset bangunan dan kelengkapan fasilitas bisnis akibat minimnya modal termasuk untuk mempertahankan aset tenaga kerja. Godaan untuk melepas (menjual) aset mulai menggelayut dalam benak pikiran para pengusaha akibat tidak ada kepastian kapan pandemi COVID-19 akan berakhir.

Mempertahankan kepemilikan aset-aset untuk menunggu pulihnya sektor pariwisata merupakan keputusan yang cukup berat karena perlu dana besar untuk pemeliharaannya. Sebaliknya menjual aset sebagai sebuah jalan pintas akan menimbulkan kerugian karena nilai tawarnya jauh dibawah harga normal. Memang memerlukan perhitungan cermat agar terhindar dari kerugian yang lebih besar.

Satu setengah tahun pandemi COVID-19 telah merusak tatanan kehidupan ekonomi, kesehatan, sosial, budaya, keamanan serta kenyamanan masyarakat. Pariwisata yang mengandalkan adanya lalu lintas perjalanan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya dengan berbagai macam keperluan dan tujuan yang juga berbeda-beda praktis terkontraksi dengan adanya larangan warga masyarakat melakukan perjalanan.

Baca juga:  Hotel di Gianyar Diminta Optimalkan Pasar Domestik

Hampir semua negara memberlakukan pengetatan bagi warganya untuk tetap tinggal di rumah dan tidak melakukan perjalanan keluar dari negaranya. Inilah lonceng kematian bagi bisnis pariwisata secara global.

Bali yang sudah lama menikmati manisnya madu pariwisata merasakan dampak paling besar yang akhirnya menggerogoti pendapatan masyarakat dan pemerintah dari pungutan pajak. Tidak bisa dipungkiri generasi angkatan kerja Bali saat ini sebagian besar menggantungkan hidupnya dengan pendapatan dari seektor pariwisata secara luas. Karena pariwisata bagi Bali bukan hanya hotel, restoran dan obyek wisata semata.

Dalam situasi kebingungan kemana dan apa yang harus dilakukan, rakyat memang masih tetap mengikuti berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tidak ada jalan lain karena sanksi menunggu bagi siapapun yang melanggar peraturan tersebut tak terkecuali turiis asing yang sedang berada di Bali.

Di lain pihak bekal hidup yang masih tersisa dalam setiap keluarga semakin menipis dan bahkan minus. Pariwisata yang diharapkan bisa pulih walaupun perlahan, semakin menjauh dari harapan. Pariwisata Bali saat ini sesuggguhnya sedang berada dan berdiri sunyi dipersimpangan jalan.

Penulis pemerhati masalah pariwisata tinggal di Legian Kuta

BAGIKAN

3 KOMENTAR

  1. Berikan subsidi kepada masyarakat yg mau test PCR yg ingin melakukan perjalanan pariwisata,utamanya ke bali.tidak perlu bantuan ini dan itu.pariwisata jalan ekonomi semua jalan,kami sudah lelah,capek,bingung dg keadaan seperti ini.

  2. Mau bicara apapun kalau vaccinnasi program belum mencapai herd immunity…yahh nol x nol…Bali pulau kecil berpenduduk tidak lebih dari 4 juta, tapi vaccin nya tidak cukup…gimana pak..?? sedang tenaga kesehatan aja belum semua di vaccin gimana..?? kayaknya pemerintah nggak serius..JOKOWI udah cape teriak2 tapi koq menterinya santai aja…??? vaccin di pusat menumpuk daerah menjerit kehabisan vaccin..apa sebenarnya yang terjadi..??? siapa sebenarnya yang menghambat..???

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *