Ngurah Weda Sahadewa. (BP/Istimewa)

Oleh Ngurah Weda Sahadewa

Efektivitas pembukaan pariwisata Bali ditentukan sekurang-kurangnya dua faktor yang dapat dianggap utama yaitu faktor yang memberikan keselamatan ataupun kerahayuan bagi masyarakat Bali dan faktor yang memberikan nilai ekonomis. Kedua faktor tersebut patut dipertimbangkan terlebih dahulu untuk memberikan kepastian.

Pertama perlu dibahas bagaimana keselamatan ataupun kerahayuan ini agar dapat kemudian memberikan karahajengan (sisi ekonomis untuk sementara ini istilah ini digunakan). Kedua, bagaimana kemudian karahajengan/ekonomis dapat memberikan dampak keberlanjutan kepada semua sektor yang lainnya tanpa mengurangi peran sektor lain tersebut.

Pada dasarnya kecil kemungkinan jika ada pemerintahan di masa modern ataupun seperti sekarang ini yang hendak mengabaikan kemakmuran rakyatnya. Itu sebagai pertanda sebuah kesadaran dalam berpolitik karena jika pengabaian itu terjadi maka besar kemungkinan dalam konteks demokrasi mempertaruhkan keterpilihannya kembali. Kemudian dapat dilanjutkan bahwasanya kebijakan terkait dengan pariwisata Bali untuk sementara secara politis tidak didominankan melainkan sudah mengarah secara serius bersama-sama menciptakan karahayuan rakyat Bali berkenaan dengan pembicaraan terutama dalam konteks pembukaan pariwisata Bali.

Baca juga:  Perilaku “Humble”

Pertama, pariwisata ini Bali sebagai dampak ikutan dari sebuah kecemerlangan budaya. Kedua, Bali juga dikaruniai suatu naturalitas wilayah yang memberikan kenyamanan tersendiri bagi wisatawan ataupun pengunjung.

Dua kenyataan ini perlu dilaksanakan secara kritis dalam arti bukan sekedar diamati melainkan sudah sepatutnya menjadi kemajuan dalam memikirkan pariwisata Bali ke depan. Artinya bahwa bagaimana pembukaan pariwisata Bali bukan justru untuk memperburuk keadaan yang ada sekarang melainkan mengajak kita semua menyadari bahwa pembukaan pariwisata Bali untuk menciptakan kemajuan baru, segera untuk menciptakan konsep baru pembukaan pariwisata Bali. Karena, patokan lama dalam kegiatan berwisata rentan terhadap keselamatan ataupun karahayuan bagi rakyat Bali ini, sehingga kepatutan dalam membuka pariwisata ini dilanjutkan dengan kelayakan. Untuk itulah perlu dan patut serta penting untuk memajukan konsep baru dalam pariwisata era pandemi Covid-19 ini.

Baca juga:  Pariwisata Bali Dibuka, Menparekraf akan Tindak Lanjuti VoA

Konsepnya adalah pertama, tidak mengabaikan kepentingan utama yaitu menjaga dan merawat kesehatan masyarakat serta jaminan kesehatan bagi pengunjung ataupun wisatawan dengan kesehatan utama. Ini sebagai pertanda bahwa masyarakat Bali tidak hanya sekedar hendak beruntung ataupun meraih untung melainkan sadar betul bahwa masyarakat tetap mengutamakan kesehatan.

Konsep kedua, adalah mengutamakan kesehatan sembari dengan kesehatan yang mencapai kepatutan dan kelayakan yang utama itu dijadikan sebagai sosialisasi untuk memberikan jaminan ataupun garansi atas keamanan dalam berwisata tanpa mengurangi kenyamanan para wisatawan, inilah masukan berarti untuk konteks dan aktualitas hospitality.

Kedua konsep itu bisa diperkaya dengan konsep lain asalkan memang konsep itu bersifat dapat diuji secara operasional. Untuk itulah diperlukan suatu “organisasi khusus” yang menangani keefektivan pembukaan pariwisata Bali yang bertugas untuk menjamin kepatutan dan kelayakan itu dengan catatan tidak bertujuan memperpanjang birokrasi.

Baca juga:  Rupiah Menari Kibarkan Toleransi

Seharusnya jika ini menjadi sebuah kendala baru tentu perlu dicarikan jalan keluar yang berbeda ataupun yang lain dengan ketentuan bahwa pariwisata saat ini bukan semata-mata mencari keuntungan finansial belaka melainkan sudah menjadi bagian partisipasi penting untuk mencegah virus berkembang secara lebih luas.

Pada perkembangan selanjutnya adalah apakah pariwisata itu untuk kepentingan apa saja patut pula digarisbawahi karena mengingat perbedaan kondisi dan situasi dengan masa sebelum pandemi Covid-19 ini sehingga semua pihak yang terlibat sanggup untuk mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang terkait dengan pembukaan pariwisata Bali ini.

Jika tidak, maka pertaruhannya adalah karahayuan dan karahajengan itu sendiri. Berkenaan dengan itu perlu dan juga tak kalah pentingnya agar semua pihak yang terlibat dan yang terkait dapat seterusnya berkoordinasi (inilah dimensi sustainability-nya) dengan saling memberikan masukan konstruktif untuk pertanggungjawaban dan mempertanggungjawabkan pembukaan pariwisata Bali semakin berlangsung efektif.

Penulis Dosen Fakultas Filsafat UGM

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *