Suasana di bandara Ngurah Rai. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali akan membuka “border” perjalanan internasional pada 14 Oktober besok. Meski demikian, Kepala Dinas Pariwisata Bali, Putu Astawa, mengatakan belum ada wisatawan mancanegara (wisman) dari negara-negara yang diperbolehkan berkunjung ke Bali berencana datang.

Astawa mengutarakan salah satu penyebab belum adanya wisman membuat rencana perjalanan ke Bali karena waktu yang sangat singkat. Sebab, wisman membutuhkan waktu untuk menyusun hingga mengurus dokumen perjalanan mereka, seperti membeli tiket airline.

Sedangkan, pihak airline membutuhkan waktu untuk menyosialisasikan bahwa akan ada penerbangan ke Pulau Dewata. “Semua ini masalah persoalan waktu yang terlalu mepet. Mungkin mulai November baru ada (kunjungan wisman ke Bali, red),” ujarnya, Selasa (12/10).

Meskipun demikian, ia optimis bila rencana ini sudah disosialisasikan dengan baik, jumlah kunjungan wisman ke Bali bisa mencapai 1.000 hingga 20.000 orang per hari. Apalagi, masa karantina bagi wisman kini sudah dikurangi dari 8 hari menjadi 5 hari, dan akan terus diperjuangkan agar dikurangi lagi.

Baca juga:  Estafet Peduli Bumi Denpasar, Asuransi Astra Resmikan Solar Panel

Di samping itu, SOP untuk menyambut wisman juga telah dimatangkan. Hanya saja terkait dengan hasil PCR 1 jam perlu dimatangkan dan dicermati kembali. “Butuh waktu sebulan setelah diumumkan dibuka pariwisata Bali untuk internasional, saya yakin pada bulan November pasti ada kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali, dan secara bertahap akan terus meningkat,” tandasnya.

Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan bahwa mayoritas masyarakat di Bali telah mendapatkan dosis pertama dan kedua vaksin COVID-19. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), per 12 Oktober 2021 cakupan vaksinasi dosis pertama di Bali telah mencapai 99,04 persen atau 3.372.294 orang sedangkan cakupan dosis kedua 83,06 persen atau 2.828.136 orang.

Lebih jauh, Gubernur Bali mengungkapkan bahwa situasi pandemi di provinsi tersebut juga terus membaik. “Kasus hariannya sekarang sudah konsisten di angka dua digit, di bawah 100. Pencapaian ini sudah berjalan tiga minggu, jadi cukup konsisten, stabil,” ujarnya, Senin (11/10) saat menerima kunjungan anggota DPR RI.

Baca juga:  Tangani COVID-19, Program Pengendalian Harus Jelas, Tegas dan Terukur

Ditambahkan Gubernur, tingkat kesembuhan secara akumulatif sudah mencapai 96 persen, sedangkan kasus aktif sekitar 700 orang. “200 di antaranya ada di rumah sakit, sisanya ada di isolasi terpusat maupun sedikit ada di isolasi mandiri. Kondisi ini sudah baik,” jelasnya.

Gubernur Bali menambahkan, pelaksanaan 3T (testing, tracing, dan treatment) juga sudah sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia atau WHO. “Tingkat positivity rate itu sudah satu persen, jauh di bawah standar yang dikeluarkan WHO, yaitu maksimum lima persen,” paparnya.

Terkait, penerapan protokol kesehatan (prokes), ia menyampaikan bahwa sosialisasi prokes telah dilakukan hingga ke kampung-kampung. “Menurut surveinya Kementerian Kesehatan, tertib melaksanakan prokes untuk pemakaian masker, Provinsi Bali itu tertinggi di Indonesia. Sekarang kalau ke kampung-kampung sulit ketemu orang yang tidak masker, dari anak-anak sampai orang tua,” ujarnya.

Baca juga:  Prof. Wayan Ramantha Berpulang

Seiring dengan membaiknya situasi pandemi, sejumlah pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat juga mulai dilakukan dengan tetap menerapkan protokol yang ketat dan dukungan aplikasi PeduliLindungi. “Kami sudah mulai melonggarkan aktivitas masyarakat untuk perekonomian, seperti mulai membuka mal, pasar swalayan, pasar-pasar lainnya, juga warung dengan kapasitas maksimum 50 persen dengan menerapkan prokes ketat. Kemudian hotel juga menerapkan standar CHSE,” ujar Gubernur Bali.

Terkait pembukaan penerbangan internasional yang akan dimulai pada Kamis (14/10), ia menegaskan pihaknya sudah siap untuk menerima kedatangan wisatawan mancanegara yang telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh pemerintah. Ia mengharapkan, dengan mulai dibukanya sejumlah kegiatan ini dapat menggeliatkan perekonomian di provinsi yang 56 persen bertumpu pada sektor pariwisata ini. “Mudah-mudahan ekonomi Bali bisa segera pulih kembali setelah 1,5 tahun lebih menderita akibat pandemi COVID-19,” tandasnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN