Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. (BP/Antara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan sektor yang paling resisten terhadap krisis. Namun, di tengah pandemi COVID-19, pelaku UMKM juga terdampak karena dibatasinya kegiatan melakukan transaksi tatap muka.

Untuk itu, menurut Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, pemerintah berupaya mendorong UMKM mengadopsi penggunaan platform digital yang merupakan solusi di tengah pandemi COVID-19. “Pandemi menumbuhkan pelaku usaha kreatif baru yang membuka lapangan kerja baru yang belum ada sebelumnya. Kuncinya pengusaha harus bisa beradaptasi dan inovasi. Intinya ada pada kreativitas karena kreativitas membuat kita bertahan,” kata Lutfi, dalam virtual press conference: ‘Bertahan, Bangkit, dan Tumbuhnya UMKM di Tengah Pandemi Melalui Adopsi Digital’ yang dipantau dari Denpasar, Rabu (24/3).

Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengatakan kolaborasi semua pihak yang terlibat dalam membantu membangkitkan pelaku UMKM dari dampak pandemi COVID-19 sangat dibutuhkan. Ia mengutarakan saat ini, jumlah pelaku UMKM yang masuk ke platform digital berjumlah 12 juta atau 19 persen dari total pelaku usaha. “Target kami, 30 juta pelaku UMKM dapat masuk ke platform digital di 2023,” tegasnya.

Baca juga:  Transformasi Digital Tidak Bisa Ditawar: Digitalisasi Dalam Kerangka ESG Dukung Bisnis Mikro BRI Tumbuh dan Sustain

Ia mengatakan tak cukup masuk dalam platform digital, aspek fundamental, seperti literasi digital dan kualitas serta kuantitas produk tetap harus ditingkatkan. Ia juga mengingatkan agar pelaku usaha konsisten berinovasi dan mengembangkan diri serta selalu melakukan protokol kesehatan dalam pengembangan usaha.

William Tanuwijaya, CEO Tokopedia menyebutkan pihaknya sebagai salah satu platform digital berupaya untuk membantu UMKM dalam menghadapi pandemi. Ia mengatakan di tengah pandemi, banyak pelaku usaha yang masuk ke platform online dalam upaya bertahan menghadapi tekanan ekonomi.

Dalam kesempatan itu, Riatu Mariatul Qibthiyyah, Kepala LPEM FEB UI, mengatakan penjualan online jadi penyelamat saat pandemi. Sebab, pelaku usaha yang perekonomiannya terdampak pandemi COVID-19 mulai beralih ke platform online.

Baca juga:  Pusat Bagi-bagi BPUM, Badung Usulkan 15 Ribu Penerima

Ia mengatakan Tokopedia menjadi salah satu platform pilihan pelaku usaha untuk tetap bertahan di masa krisis. Pelaku usaha melakukan pengalihan ke platform online karena adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat sehingga belanja lewat online menjadi pilihan bagi konsumen.

Disebutkannya dari survey yang dilakukan, pelaku UMKM mampu bertahan dan berkembang. Jika dilihat dari gender, pelaku usaha perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Dikatakannya Bali dan Yogyakarta merupakan dua besar jumlah pelaku usaha yang mengalami peningkatan masuk ke platform digital. Hal ini, diperkirakannya karena kedua daerah itu merupakan destinasi wisata yang terdampak parah karena pandemi COVID-19.

Penjualan Terbesar

Menurut VP of Public Policy and Government Relations Tokopedia, Astri Wahyuni mengatakan dari hasil riset LPEM FEB UI, sebanyak 7 dari 10 pelaku usaha di Tokopedia mengalami kenaikan volume penjualan sebesar 133 persen. Ia pun menyebutkan bahwa tiga provinsi dengan peningkatan penjualan terbesar saat pandemi adalah NTB (144,6 persen), Sulawesi Tengah (73,4 persen), dan Sulawesi Selatan (73,3 persen).

Baca juga:  Kemenhub Ajak Anak-Anak Cintai Dunia Penerbangan

Untuk tiga provinsi dengan peningkatan jumlah pelaku usaha tertinggi adalah Bali (66,2 persen) Yogyakarta (42,2 persen) dan DKI Jakarta (28,3 persen). Disebutkannya, penjual di Tokopedia yang bergabung saat pandemi adalah 68,6 persen merupakan pencari nafkah tunggal di keluarga. Sedangkan 76,4 persen bergabung karena kemudahan mengelola bisnis di tokopedia. Sebanyak 90 persen penjual di platform digital ini berskala mikro.

“Tokopedia turut mendorong adopsi metode pembayaran digital maupun inklusi keuangan pelaku usaha dan konsumen. Produk yang paling banyak didaftarkan adalah e-wallet dan mobile banking,” ungkapnya.

Ia juga menyebutkan tren belanja online pascapandemi, mayoritas akan terus berbelanja online. Rata-rata pengeluaran bulanan konsumen di tokopedia meningkat 71 persen. “Aktivitas belanja online banyak diminati konsumen selama pandemi dan akan tetap diminati setelah pandemi berakhir,” sebutnya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *