I Wayan Ramantha. (BP/Istimewa)

Oleh I Wayan Ramantha

Keseimbangan antarsektor dan wilayah telah lama menjadi bahan diskusi dalam setiap pembahasan tentang ekonomi Bali. Sektor pariwisata dengan segala turunannya yang menyumbang 54 persen bagi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) melalui multiplier effect-nya ternyata belum mampu mengatrol kontribusi sektor lain.

Sektor pertanian dan industri kerajinan yang banyak digeluti oleh masyarakat lokal, perannya justru semakin menyusut, apalagi saat mewabahnya pandemi Covid-19. Keseimbangan antarwilayah, di mana selatan terlalu mendominasi pariwisata dibandingkan dengan utara, timur dan barat, juga telah lama menjadi bahan perbincangan.

Optimisme Bank Indonesia (BI) Perwakilan Bali bahwa pada tahun 2021 ekonomi kita akan tumbuh di kisaran 4,5 – 5,5 persen, bisa diyakini bersama bila sinergitas kebijakan ekonomi nasional dan daerah berjalan seiring, seperti yang dijelaskan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo beberapa hari yang lalu (BP, 4 Desember 2020). Target pertumbuhan disertai dengan pemerataan, atau yang sering disebut pertumbuhan berkualitas (growth with equity), akan tercapai bila pembangunan beberapa proyek strategis di Bali yang merupakan bantuan pusat, dapat (segera) direalisasikan mulai awal tahun 2021. Baik di utara, timur dan barat.

Pembangunan pelabuhan Sanur – Nusa Penida – Nusa Ceningan (segi tiga emas) yang peletakan batu pertamanya (groundbreaking) telah dilaksanakan oleh Gubernur bersama Menteri Perhubungan, ditambah pembangunan Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung yang dianggarkan menelan biaya sebesar Rp 2,5 triliun berasal dari dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) merupakan kebijakan strategis untuk membangun perekonomian Bali Timur. Sedangkan pembangunan jalan bebas hambatan (Tol) Gilimanuk – Soka – Mengwi –Batubulan – Padangbai, apalagi disertai pembangunan Sirkuit F1 di Jembrana, jelas merupakan strategi pembangunan ekonomi bagi Bali Barat.

Baca juga:  Empat Kategori Ekonomi Bali Berkontraksi

Pembangunan bandar udara (bandara) Bali Utara di Buleleleng, tanpa harus memperdebatkan apakah akan dilaksanakan di Sumberklampok atau di Kubutambahan, disertai dengan pengembangan kawasan/destinasi wisata baru setara Nusa Dua, jelas pula merupakan strategi pembangunan ekonomi bagi Bali Utara. Rencana yang telah masuk dalam Proyek Strategis Nasional sesuai Perpres Nomor 109 Tahun 2020 itu memerlukan dukungan semua pihak agar segera bisa terwujud, sehingga dapat mendukung target pertumbuhan ekonomi di Bali Utara. Proyek ini harus berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis.

Suatu proyek dikatakan efektif, bila proyek tersebut bisa berjalan sesuai dengan rencana, baik dinilai dengan target waktu maupun biaya. Bila dilihat dari target waktu, proyek pembangunan bandara Bali Utara akan berjalan efektif bila bisa dimulai awal tahun 2021, karena tahun 2021 merupakan momentum pemulihan ekonomi nasional.

Baca juga:  TPA Suwung

Realisasi pembangunan bandara Bali Utara sangat mentukan tercapai/tidaknya target pertumbuhan ekonomi Bali yang telah dipatok di angka 4,5 – 5,5 persen. Target biaya pembangunan bandara yang berasal dari anggaran pemerintah (government expenditure) melalui kekayaan negara yang dipisah ini, akan efektif dan berdampak ganda dalam memberi stimulus bagi sektor swasta (jasa konstruksi dan supplier), serta penyerapan tenaga kerja, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Proyek bandara dan destinasi wisata baru di Buleleng serta pembangunan Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung akan menjadi lebih efisien, bila kedua proyek prestisius itu diwujudkan di lokasi yang berdekatan dengan jalan tol yang telah direncanakan. Tujuan utama pembangunan jalan Tol Gilimanuk – Padangbai jelas untuk memperlancar konektivitas ekonomi Jawa – Bali – Lombok.

Pembangunan ketiga jenis proyek yang berdekatan dengan ruas jalan tol dikatakan efisien, karena tol itu akan memiliki fungsi ganda, penghubung antarpulau dan penghubung antarzona-zona ekonomi baru di barat, utara dan timur. Pembangunan semua proyek strategis itu dikatakan ekonomis bila dia berkontribusi bagi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional dan regional.

Baca juga:  Dukung Perkembangan Olahraga, Daihatsu Gandeng Candra Wijaya

Proyek itu akan berjalan secara ekonomis, bila dia berdampak positif bagi perekonomian masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Pembangunan bandara Bali Utara, destinasi wisata baru, dan Pusat Kebudayaan Bali tidak saja dapat meyumbang tambahan devisa bagi negara, tetapi juga akan membantu pengembangan pariwisata di luar Bali, khususnya bagi Jawa Timur dan Lombok. Realisasi semua proyek itu akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), baik provinsi maupun kabupaten, dan tentu saja pendapatan masyarakat Bali, termasuk dari sektor pertanian dan industri kerajinan pendukung pariwisata.

Bila semua rencana strategis dan terpadu itu didukung dengan sinergitas antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan seluruh komponen masyarakat bisa dimulai awal tahun depan, maka target pertumbuhan ekonomi Bali di kisaran 4,5 – 5,5 persen di tahun 2021 bukanlah khayalan. Bahkan, sejarah nantinya akan mencatat bahwa tahun 2021 adalah momentum bangkitnya ekonomi Bali yang lebih berkualitas dan menuju keseimbangan baru, baik antarwilayah (selatan, utara, barat dan timur) maupun antarsektor (pariwisata, jasa, pertanian dan industri kerajinan).

Penulis, Guru Besar FEB Unud dan Pelaku Ekonomi

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *