Beberapa pedagang sayur menunggu pembeli di pelataran Pasar Kumbasari, Denpasar. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Perayaan Galungan dan Kuningan pada tahun ini relatif beda dibandingkan sebelumnya. Perayaan hari besar umat Hindu di tengah pandemi COVID-19 itu bahkan memunculkan deflasi.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho, Kamis (1/10), pada perayaaan Galungan dan Kuningan sebelumnya, indeks harga konsumen selalu menunjukkan inflasi positif. Hal itu karena permintaan barang-barang pada hari raya meningkat sehingga harga juga meningkat.

Namun kali ini, Denpasar justru mengalami deflasi 0,16 persen. “Dengan catatan deflasi 0,16 perden, maka sejak Januari sampai September 2020, inflasi Denpasar terakumulasi menjadi deflasi 0,02 persen,” ujarnya.

Baca juga:  Berpakaian Ala Ninja dan Todongkan Pisau, Komplotan WNA Rampok Pasangan Italia

Sementara, kota yang masuk dalam pengamatan lain yaitu Singaraja, mengalami inflasi positif 0,27 persen. Jika diakumulasi Januari sampai September 2020 di Singaraja mencatat inflasi 1,23 persen.

Jika dihitung tahunan dengan perbandingan YoY dari Januari-September 2020 dibandingkan periode sama tahun lalu, inflasi Denpasar tercatat 0,80 persen. Sementara Singaraja inflasi 1,91 persen (yoy).

Dengan deflasi Denpasar 0,16 persen pada September 2020, sepanjang pandemi, Denpasar telah mencatat deflasi yang kelima kalinya. Sementara Singaraja mencatat deflasi tiga kali.

Ia pun menekankan bahwa perlu ada perhatian terkait tanda-tanda ini. “Adanya deflasi berulang selama lima kali di Denpasar dan tiga kali di Singaraja adalah isyarat yang perlu mendapatkan perhatian tingkat kewaspadaan. Karena bukan tidak mungkin inflasi ke arah negatif yang berkelanjutan ini bisa jadi menyiratkan penurunan daya beli masyarakat terutama di wilayah Denpasar,” sebutnya.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Bali Masih Tambah 3 Digit, Korban Jiwa Tetap Dilaporkan

Jika diurai menurut penyumbangnya, deflasi Denpasar terutama disumbang kelompok makanan dengan sumbangan makanan -0,24 persen dengan komponennya tomat dan daging ayam ras. Pada posisi kedua penyumbang terbesar deflasi Denpasar yaitu kelompok transportasi dengan komponennya tarif angkutan udara dan antar kota/kabupaten turun. “Tarif angkutan udara inilah yang salah satunya membedakan basis konsumsi antara masyarakat Denpasar dan Singaraja karena di Singaraja tidak ada tarif angkutan udara,” ujarnya.

Baca juga:  Warga Bali Meninggal Akibat COVID-19 Masih Bertambah 2 Digit, Kesembuhan Lampaui Kasus Baru

Inflasi Singaraja yang sebesar 0,27 persen pada September, terutama disumbang oleh kelompok perlengkapan rumah tangga dengan komponen canang sari pada hari raya Galungan dan Kuningan mengalami peningkatan harga 13,06 persen dan komponen lain yaitu pembersih lantai. Sumbangan kedua terbesar lain yaitu kelompok perawatan pribadi dengan komponen emas perhiasan dan sabun mandi. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *