Seorang pengantar makanan menaiki sepeda di tengah wabah COVID-19 di New York pada Selasa (21/4). (BP/AFP)

WASHINGTON, BALIPOST.com – Gelombang kedua dari novel coronavirus di Amerika Serikat diperkirakan lebih buruk dampaknya dan akan terjadi di awal musim flu, Demikian disebutkan salah satu pejabat kesehatan AS pada Selasa (21/4) waktu setempat.

Direktur Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention –CDC), Robert Redfield mengatakan agar warga AS bersiap dalam bulan-bulan mendatang. Dan memastikan mendapatkan vaksin flu.

Baca juga:  Pandemi, Tinggalkan Sikap "Maboya"

“Ada kemungkinan serangan virus akan terjadi pada musim dingin depan yang akan lebih sulit kita hadapi dibandingkan wabah saat ini,” katanya seperti dikutip dari AFP.

Ia memperkirakan AS akan menghadapi epidemi flu dan coronavirus dalam waktu bersamaan. Sampai saat ini, AS sudah melaporkan lebih dari 800 ribu kasus terkonfirmasi positif COVID-1 sejak pandemi ini terjadi, menurut perhitungan dari Johns Hopkins University. Jumlah kematiannya mencapai 44.845 kasus.

Baca juga:  Hari Ini, Bangli Jadi Penyumbang Tambahan Korban Jiwa COVID-19 Terbanyak

Miliaran orang di seluruh dunia kini diharuskan diam di rumah dalam beberapa bulan terakhir sebagai upaya sejumlah pemerintah negara untuk mencegah kewalahannya sistem layanan kesehatan.

AS, seperti negara-negara lain, telah berupaya keras menyediakan ventilator dan alat perlindungan diri (APD) untuk tenaga medis sementara jumlah kematian terus meningkat.

Dikatakan Redfield, COVID-19 melanda AS di saat musim flu sedang berlangsung. Padahal di musim flu saja, sistem layanan kesehatan AS sudah cukup mengalami tekanan.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 dan Korban Jiwa Nasional Naik dari Sehari Sebelumnya

Jika kedua penyakit ini mengalami puncaknya pada saat bersamaan, hal itu dinilainya akan sangat sulit. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *