Foto Dokumen - PM Malaysia Anwar Ibrahim menyaksikan kesepakatan damai Pejabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet di Putrajaya, Malaysia, Senin (28/7/2025). (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pada Kamis (25/12) menyampaikan keprihatinannya atas kekerasan yang terus berlangsung antara Kamboja dan Thailand. Ia menegaskan AS siap memfasilitasi pembicaraan untuk mengatasi konflik Kamboja-Thailand.

Pernyataan tersebut disampaikan Rubio dalam percakapan telepon dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, sembari menyampaikan keinginan Presiden AS Donald Trump untuk perdamaian dan perlunya melaksanakan sepenuhnya Perjanjian Perdamaian Kuala Lumpur.

“Menlu Rubio juga kembali menegaskan bahwa Amerika Serikat siap memfasilitasi diskusi untuk memastikan perdamaian dan stabilitas antara Kamboja dan Thailand,” kata pernyataan Departemen Luar Negeri AS dikutip dari Kantor Berita Antara, Jumat (26/12).

Baca juga:  Kasus Positif COVID-19 Capai 82 Ribu Orang, AS Duduki Peringkat Pertama di Dunia

Kamboja dan Thailand telah menandatangani perjanjian damai pada Oktober lalu di KTT ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, di hadapan Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Namun, perjanjian tersebut ditangguhkan setelah sejumlah tentara Thailand mengalami luka serius akibat ledakan ranjau darat di sebuah provinsi perbatasan.

Perdana Menteri Hun Manet mengatakan melalui Telegram bahwa ia dan Rubio membahas perkembangan terkait gencatan senjata serta pelaksanaan kesepakatan damai dengan Thailand.

Baca juga:  Sempat Terlibat Kasus Pidana, WN AS Dideportasi

Ia menekankan komitmen kuat Kamboja terhadap perjanjian Bangkok-Phnom Penh dan menyatakan harapan agar upaya bilateral dapat menyelesaikan sengketa perbatasan serta mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan.

Adapun panggilan telepon antara Rubio dan Hun Manet dilakukan setelah Thailand dan Kamboja menggelar perundingan militer pertama mereka pada Rabu (24/12) di Provinsi Chanthaburi, Thailand, di tengah kembali pecahnya pertempuran.

Total korban tewas di kedua pihak telah mencapai 96 orang sejak bentrokan kembali terjadi pada 8 Desember, sehari setelah insiden perbatasan yang melukai dua tentara Thailand.

Baca juga:  Simulasi Pemungutan Suara Pemilu 2024 Digelar di Batubulan

Pertemuan tersebut, yang dilaporkan berlangsung kurang dari satu jam, menandai perundingan militer pertama sejak bentrokan kembali pecah. Kedua pihak akan melanjutkan negosiasi militer pada Jumat.

Otoritas Thailand menyatakan 23 tentara Thailand dan satu warga sipil tewas dalam pertempuran, serta menambahkan bahwa 41 warga sipil lainnya meninggal akibat dampak kolateral. Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Kamboja menyebutkan 31 warga sipil Kamboja tewas.

Secara keseluruhan, hampir satu juta orang telah mengungsi di kedua sisi sejak bentrokan kembali terjadi. (kmb/balipost)

BAGIKAN