Jero Mangku Dalem Babakan, selaku penanggung jawab Krematorium Santha Yana Cekomaria. (BP/edi)

DENPASAR, BALIPOST.com – Meski masih ada pro-kontra, namun antusiasme masyarakat Hindu di Bali untuk menggelar ngaben atau palebon di krematorium terus meningkat. Peningkatan disebabkan masyarakat menginginkan kepraktisan, tetapi tanpa mengurangi makna dari sebuah upacara keagamaan itu sendiri.

Di Krematorium Santha Yana yang berlokasi di Desa Adat Kedua, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara misalnya, awal berdiri sekitar 15 tahun lalu, umat Hindu yang menggunakan jasa krematorium ini masih terbilang sedikit.

Baca juga:  Terdampak Kebakaran TPA Suwung, Lima KK Ngungsi ke Serangan

Menurut penanggung jawab krematorium, Jro Mangku Dalem Babakan, kala itu dalam sebulan pihaknya menyelenggarakan ngaben untuk 35 sawa atau jenazah. Namun sekarang, jumlahnya meningkat rata-rata 100 sawa per bulan.

Pria yang akrab disapai Jro Mangku Alit ini menyebutkan, bukan pekerjaan mudah mendirikan dan mengelola krematorium. Sebab di awal pendirian Krematorium Santha Yana, konsep krematorium yang langsung melayani upacara ngaben, terbilang hal baru.

Baca juga:  25 April, Puri Satria Gelar Palebon Ibunda Cok Rat

Ditambah, belum semua umat Hindu memahami tentang esensi ngaben. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat untuk melayani umat yang membutuhkan bantuan pihaknya. “Di krematorium ini kita melaksanakan upacara sesuai sastra. Pakai kuna dresta yakni kedewasaan. Perbedaannya dengan ngaben di desa pakraman itu hanya soal lokasi saja,” katanya saat ditemui Senin (20/1) di krematorium. (Dedy/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *