Ilustrasi. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Ekonomi Bali pada triwulan III 2019 tercatat tumbuh melambat sebesar 5,34 persen (yoy). Pertumbuhan ini ditahan oleh pertumbuhan kategori administrasi pemerintah yaitu belanja pegawai dan barang modal yang tumbuh negatif -6,08 persen dan -32,63 persen.

Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Agus Gede Hendrayana menyampaikan, ekonomi Bali tumbuh sebesar 5,34 persen karena PDRB Bali sebesar Rp 41,56 triliun. Angka ini lebih tinggi dari periode sama tahun lalu yang besaran PDRB-nya hanya Rp 39,45 triliun.

Angka 5,34 persen termasuk angka yang relatif rendah, jika diperhatikan secara tahunan dan dibandingkan secara yoy.

Pada triwulan III 2015 ekonomi Bali tumbuh 6,24 persen, pada 2016 tumbuh 6,55 persen, pada 2017 tumbuh 4,01 persen, pada 2018 tumbuh 6,15 persen dan pada tahun ini hanya tumbuh 5,34 persen. “Angka 5,34 persen menunjukkan pertumbuhan ekonomi Bali mengalami perlambatan. Padahal polanya tidak ada yang berubah dengan tahun–tahun sebelumnya,” ujarnya.

Baca juga:  Rai Mantra Menang Telak di TPS Puspayoga

Penyumbang pertumbuhan tertinggi yaitu lapangan usaha penggalian yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 9,85 persen (qtq), diikuti akmamin 6,37 persen (qtq), jasa pendidikan tumbuh 4,88 persen (qtq). Kategori penggalian meskipun tercatat tumbuh tinggi namun memiliki kontribusi yang tidak terlalu besar dalam ekonomi Bali, hanya kurang dari 2 persen.

Sedangkan secara yoy, lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi yaitu perdagangan yang tumbuh 9,99 persen, jasa keuangan tumbuh sebesar 9,03 persen, informasi dan komunikasi tumbuh 8,38 persen.

Kategori perdagangan yang tumbuh 9,99 persen pada tw 3 2019, secara qtq tumbuh 4,49 persen. Kategori akmamin juga meningkat seiring dengan peningkatan jumlah kunjungan wisman yaitu 3,29 persen (yoy) dan 19,77 persen (qtq). Kategori jasa keuangan dan asuransi tumbuh 9,03 persen (yoy) dan 2,62 persen (qtq).

Baca juga:  Awal 2024, Beban Puncak Bali Capai 1.047 MW

Kategori administrasi pemerintahan mengalami pertumbuhan negatif, baik secara yoy maupun qtq. Secara yoy, data APBD provinsi dan kabupten/kota mencatat penurunan pada realisasi belanja pegawai sedalam -6,08 persen dan belanja modal sedalam -32,63 persen. “Fenomena penurunan ini sudah kami lakukan konfirmasi, beberapa diantaranya ada di Badung karena tidak sepenuhnya tunjangan kinerja pegawai dibayarkan,” ujarnya.

Selain itu juga terjadi penurunan jumlah pegawai di Kabupaten Tabanan yang menyebabkan penurunan pengeluaran pemerintah dari sisi belanja pegawai khususnya pembayaran upah gaji.

Belanja barang dan jasa juga turun sebesar -5,88 persen dan belanja modal turun sedalam -32,63 persen. “APBN secara yoy mencatat belanja pegawai meningkat 8,04 persen tapi untuk Bali porsi APBN nampaknya lebih kecil dibandingkan dengan APBD,” imbuhnya

Baca juga:  Bandara Ngurah Rai Tutup Sementara, 74.928 Penumpang Terdampak

Sementara lapangan usaha pertanian tumbuh 4,80 persen (yoy). Secara qtq, pertanian tumbuh 0,23 persen. Penyumbang utama dari sektor pertanian yaitu padi mengalami kontraksi. Karena total luas panen padi turun 19,96 persen.

Namun, di luar padi masih mencatatkan pertumbuhan. Hanya jagung yang mangalami peningkatan dari sub sekor tanaman pangan. Sedangkan palawija lainnya tercatat mengalami penurunan produksi. Secara yoy, subsektor perkebunan masih tumbuh. Produksi kakao mengalami peningkatan hingga lebih tiga kali lipat. Produksi cengkeh dan jambu mente juga mengalami peningkatan produksi pada tw 3 2019. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *