GIANYAR, BALIPOST.com – Kabupaten Gianyar sebagai daerah seni memang banyak memiliki generasi muda yang kreatif. Tidak terkecuali kreativitas dalam mengolah sampah.

Seperti I Wayan Purwana yang mengolah sampah plastik menjadi wayang kontemporer. Bahkan, 4 karyanya pun sampai dipentaskan pada salah satu festival di Bali.

Ditemui di rumahnya di Desa Sukawati, I Wayan Purwana menerangkan pembuatan karya kontemporer ini berawal dari permintaan dari Sanggar Bajra Jnana Desa Bona, Blahbatuh. Ia pun akhirnya merampungkan 4 wayang kontemporer berbahan plastik. Yakni Duryodana, Sekuni, Sangut dan Raksasa.

Rata-rata, wayang kontemporer ini memiliki panjang 90 cm sampai 1 meter. Dijelaskan pembuatan wayang ini melewati proses pemilahan sampah yang cukup lama. Setelah sampah dirasa cukup, termasuk komposisi warna barulah dia membuat pola. “Polanya saya buat berbahan kemasan botol plastik yang disetrika biar datar. Setelah itu baru ditempel sampah berwarna,” jelasnya.

Baca juga:  Staf dan Manajemen H Sovereign Bali Partisipasi di "Suksma Bali"

Diakui saat pemilihan warna dan bentuk inilah memerlukan kreativitas tinggi. Sebab tidak bisa sembarang tempel.

Dikatakan harus ada penyesuaisan antara warna rambut, mata, gigi, dan ornamen lain. “Harus ada penyesuasian warna ini agar sesuai dengan karakter tokoh,” jelasnya.

Biaya yang dihabiskan membuat karya ini, kisaran Rp 500 ribu. Sementara itu terkait bahan baku, diakui mudah didapatkan dari lingkungan sekitar.

Khususnya lagi, hanya didapatkan dari sampah rumah tangga. “Yang beli cuma kayu dan lem sebagai perekat,” ujarnya.

Baca juga:  Jadwal PKB, Jumat 20 Juli

Wayang kontemporer hasil karyanya ini pun telah dipentaskan pada Festival Seni Bali Jani dalam pertunjukan teater. Usai pentas, diakui wayang ini tidak berguna karena memang kurang metaksu, terlebih bahannya dari sampah plastik.

Namun, wayang ini dibuat sebagai perantara edukasi tentang bahaya sampah plastik yang disampaikan melalui pertunjukkan teater. “Wayang ini dibuat untuk pelengkap teater yang mengkritisi dampak ekologi dari sampah plastik terhadap lingkungan,” jabarnya.

Wayan Purwana mengaku kini tidak berencana untuk memproduksi lagi. Sebab, pria yang aktif dalam kelompok sosial Trash Hero Indonesia ini berkepentingan agar sampah plastik masuk pabrik. “Sempat dilema, karena saya mendaur ulang sampah plastik. Yang justru tetap akan menghasilkan sampah. Berbeda ketika kita kumpulkan sampah plastik, masuk pabrik diolah jadi produk baru,” ujarnya.

Baca juga:  Ada Kesalahan Data di Buku "Memori Pengabdian Bupati Bharata"

Purwana mengaku sudah membawa kebiasaan memilah sampah di rumahnya. Hal ini dilakukan semenjak aktif dengan Trash Hero sekitar 1,5 tahun lalu.

Di rumahnya sendiri terdapat 3 bak sampah. “Ada tiga bak sampah, untuk organik, plastik dan bahan berbahaya. Untuk memilah jika ada yan tertukar, saya siagakan satu sepit (penjepit sampah, red),” ujarnya. (Manik Astajaya/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *