Wisatawan mancanegara berjemur di Pantai Kuta. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali akan mengalami fenomena hari tanpa bayangan atau yang disebut Kulminasi Matahari, Rabu (16/10). Fenomena ini akan terjadi antara pukul 12.03 – 12.07 Wita.

Dengan adanya fenomena yang muncul atau terjadi setiap satu semester ini menyebabkan suhu udara terasa lebih panas. “Terkait hari tanpa bayangan, ada titik kulminasi matahari di mana posisi matahari sama degan lintang pengamat atau objek tegak, sehingga matahari tepat berada di atasnya yang menyebabkan bayangan pengamat/objek tegak berimpit seolah-olah tidak ada bayangan,” ujar Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar, Iman Fatchurochman, Selasa (15/10).

Baca juga:  PMK Tak Cuma Rugikan Peternak, Pariwisata akan Terimbas Jika Gagal Diatasi

Diakuinya, meski waktu kulminasi hanya beberapa menit, hal itu memberikan berbagai dampak bagi warga, seperti suhu udara meningkat, terik matahari panas dibanding biasanya. Hal ini dikarenakan kelembaban udara yang rendah.

Untuk itu, masyarakat disarankan untuk selalu menyiapkan air minum secukupnya dan pelindung tubuh. “Karena bumi terus berputar, fenomena ini hanya terjadi beberapa menit saja. Selanjutnya sudah kembali normal lagi,” katanya.

Terkait titik untuk melakukan pengamatan terhadap fenomena ini, Iman menyatakan bahwa terjadi hampir di seluruh Pulau Bali, seperti di Mengwi, Denpasar, Tabanan, Gianyar, Bangli, Amlapura, Negara, dan Klungkung. Terkait waktu agar fenomena ini bisa diamati oleh warga, mulai sekitar pukul 12.03 Wita. “Kalau rentang waktu pengamatannya itu dari pukul 12.03 Wita hingga 12.07 Wita. Fenomena ini hanya beberapa menit saja dan bayangan kita menghilang,” pungkasnya.

Baca juga:  Wagub Cok Ace dan Wakil Dubes Inggris Bahas Kerjasama

Seperti diketahui, kulminasi atau transit atau istiwa’ adalah fenomena ketika Matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi Matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai Kulminasi Utama.

Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat “menghilang”, karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.

Karena itu, hari saat terjadinya kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan. Mengingat posisi Indonesia yang berada di sekitar ekuator, kulminasi utama di wilayah Indonesia akan terjadi dua kali dalam setahun dan waktunya tidak jauh dari saat matahari berada di khatulistiwa. (Winatha/balipost)

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Masih di Atas 6.000
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *