Warga mendorong sepeda motornya di dekat sejumlah truk yang terjebak macet akibat jalan amblas di jalur Denpasar-Gilimanuk, Desa Bajera, Tabanan, Bali, Selasa (8/7/2025). Jalur yang merupakan akses utama menuju ke Pulau Jawa tersebut sejak Senin (7/7) hingga saat ini ditutup akibat jalan amblas dengan kedalaman sekitar 6 meter dan menyebabkan kemacetan lalu lintas. (BP/Antara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kondisi logistik di Bali mengalami tekanan berat setelah jebolnya jalan nasional Denpasar-Gilimanuk di Desa Bajera, Kecamatan Selemadeg, Tabanan.

Pasalnya, peristiwa yang terjadi sejak awal Juli 2025 ini telah menyebabkan arus kendaraan logistik terganggu dan berimbas pada pembengkakan biaya operasional hingga denda demurrage yang diperkirakan ratusan miliar rupiah.

Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Provinsi Bali, I Ketut Anom Putra Darsana mengungkapkan kejadian jalan jebol pada jalur Denpasar-Gilimanuk telah berimbas pada penyaluran logistik. Banyak pengusaha truk tidak bisa lewat dan membatalkan perjalanan mereka.

Baca juga:  Sudah 588 Narapidana Terima Asimilasi dan Integrasi di Bali

“Kemarin kita mengadakan Zoom meeting dengan DPP, kemudian ada DPD Jawa Timur, DPD Bali saya sendiri yang mewakili, sama teman-teman juga ada pengusaha truck, ada juga dari DPP. Dari pembahasan dalam Zoom meeting itu memang dari pengusaha aturan itu banyak terjadi cancel, banyak terjadi tidak bisa lewat. Jadi mungkin itu (kerugian mencapai ratusan miliar rupiah) kalkulasinya secara global mungkin ya. Disampaikan di sana karena ini terkait juga dengan demoret apa yang tidak bisa berjalan, ekspor-impor yang jadi kalau secara detail artinya kalkulasi itu belum kita lakukan secara detail, baru istilahnya kalkulasi global, tafsiran saja,” ujar Anom, Jumat (11/7).

Baca juga:  Tambahan Kesembuhan Pasien COVID-19 Bali Capai Dua Ribuan, Korban Jiwa di Atas 40 Orang

Anom menjelaskan, sesuai hasil rapat dengan Dinas Perhubungan Bali, kendaraan berat kini dialihkan melalui dua jalur alternatif, yakni Singaraja via Bedugul dan Karangasem.

Namun, jalur Bedugul tak disarankan untuk truk dengan sumbu tiga ke atas karena risikonya tinggi. Truk besar diminta berhenti di kantong-kantong parkir dan memindahkan muatan ke truk kecil.

Menurutnya, jalur memutar ini membuat beban operasional meningkat tajam. Truk kontainer yang harus tetap menyala saat berhenti, penggunaan truk kecil untuk pengalihan muatan, hingga jarak tempuh yang melonjak hingga 260 kilometer menjadi beban tersendiri.

Baca juga:  Pajak Hiburan Naik 40 Persen, PHRI Badung : Pemerintah Jangan Berburu di Kebun Binatang

Anom berharap perbaikan bisa selesai lebih cepat dari estimasi satu bulan dan pemerintah bisa mempertimbangkan sistem buka-tutup jalur agar truk besar yang kini tertahan di Bali bisa segera keluar.

“Semoga harapannya kita bisa cepat saja selesai perbaikannya itu dan diprioritaskan mungkin untuk bisa buka tutup, satu jalur dulu terutama untuk truk-truk yang panjang yang sudah terkunci, terjebak di Bali bisa keluar dulu,” pungkasnya. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN