Ilustrasi pemotor melintas di salah satu toko modern berjaringan di Denpasar. (BP/dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Rencana membangun toko swalayan di setiap desa akan berpotensi meningkatkan atau memajukan masyarakat, baik ekonomi maupun keterampilan masyarakat. Karena produk UMKM bisa terfasilitasi di toko swalayan dengan diseleksi sebelumnya.

Dengan demikian produk yang dihasilkan akan berkualitas. Permasalahan pemasaran yang selama ini dialami UMKM juga akan teratasi dengan adanya toko swalayan desa. “Sangat potensial asal itu dibikin oleh desa adat antara swalayan yang satu dengan yang lain dikoordinir oleh koordinator,” demikian disampaikan Prof. I Wayan Ramantha Akademisi, Universitas Udayana (Unud), Jumat (30/11).

Namun koordinator ini harus profesional mengelola toko swalayan tersebut. Tidak hanya sekedar mendirikan toko swalayan, namun keberlangsungannya tidak diperhatikan.

Produk UMKM yang dibuat oleh masyarakat bisa terserap di toko tersebut. Produk – produk tersebut perlu dikoordinatori oleh koordinator yang menempatkan produk tersebut di beberapa swalayan milik desa yang ada.

Baca juga:  Tim Gabungan Sidak Jam Operasional Toko Modern dan Pasar Senggol

Koordinator yang profesional ini yang memikirkan tentang supply, seleksi, penyaluran, jumlah, pembayaran, memfasilitasi pelaku usaha masyarakat desa dengan produsen untuk mendapatkan bahan baku, dll. Dengan terjaga supply dan demand, masyarakat bisa mendapat harga yang lebih murah sehingga tidak kalah saing dengan toko swalayan lainnya.

Sama seperti koperasi unit desa (KUD). Ada koordinator KUD yang disebut Pusat KUD. “Nah ini, toko swalayan ini juga seperti itu, tinggal pikirkan nama. Pokok nya mereka adalah koordinatornya. Itu tujuanny agar mendapatkan harga yang lebih murah, sehingga bisa dijual grosir,” ujarnya.

Setiap desa memiliki potensi yang berbeda-beda sehingga produk yang dihasilkan juga beda. Fenomena yang terjadi saat ini yaitu peralihan penduduk usia produktif yang lebih banyak bekerja di kota daripada di kota.

Sehingga ini akan menjadi tantangan desa dalam hal mendapatkan SDM yang profesional untuk pengelolaan toko swalayan. Namun menurut Ramantha dalam jangka panjang akan menjadi peluang bagi desa untuk berkembang lebih baik lagi.

Baca juga:  Menteri PPPA Ajak Masyarakat Lestarikan Batik

Dengan adanya toko swalayan akan merangsang masyarakat bekerja secara profesional membangun desa. Apalagi sekarang sarjana diarahkan ke desa. “Sekarang memang terasa sulit, seperti 34 tahun lalu saat Prof. Mantra mengeluarkan ide agar desa adat punya lembaga jasa keuangan (LJK). Saat itu engga mungkin yang namanya desa adat dengan segala macam kegiatannya memiliki lembaga keuangan. Namun setelah 10 – 15 tahun belakangan, orang bangga menjadi pengurus LPD. Jangankan pengurus, jadi karyawan saja mereka bangga. Bahkan aset LPD sudah ada yang mencapai Rp 500 miliar,” tuturnya.

Maka rencana toko swalayan di desa ini dipercaya lebih meningkatkan ekonomi desa lagi. Karena bercermin dari LPD yang awalnya dirasa sulit untuk mengelola, hasilnya baru terlihat setelah puluhan tahun.

Baca juga:  BKK Alami Kenaikan, Penggunaannya Diminta Sesuai Aturan

Ia optimis toko swalayan ini akan meningkatkan ekonomi desa. “Tapi ini harus dimulai untuk kemudian nanti 5 tahun atau 10 tahun ke depan akan memberikan manfaat yang sangat besar, baik untuk masyarakat desa maupun desa adat selaku lembaga. Pembiayaan – pembiayaan untuk adat bisa didapatkan dari laba toko swalayan milik desa adat. Paling tidak dalam jangka pendek kebutuhan pelaksanaan adat, bisa pehuhi sendiri. Tidak di supply daerah lain, dan dari impor,” bebernya.

Produk lokal akan bisa masuk pasar melalui toko swalayan. Sekaligus melatih produk lokal berkompetisi dengan produk yang datang dari luar Bali.

Karena sebelum masuk toko swalayan, produk masyarakat akan diseleksi untuk mendapatkan produk yang bermutu baik. Sehingga masyarakat terangsang menghasilkan produk berkualitas. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *