Tanaman tomat di kawasan Kaldera Batur Kintamani. (BP/ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Petani tomat di kawasan Kaldera Batur, Kintamani kini merana. Masalahnya, harga jual tomat di tingkat petani anjlok sejak beberapa pekan terakhir. Tomat yang biasanya mampu dijual petani dengan kisaran harga Rp 3000 hingga Rp 5000 per kilogram, kini hanya laku dijual Rp 1000 per kilogram.

Salah seorang petani tomat, I Nyoman Gede Parwata, Rabu (21/11) mengungkapkan, harga tomat saat ini sedang anjlok. Tomat dengan kualitas super hanya laku dijual dengan harga Rp 1000 per kilogram. Sementara untuk yang kualitas tanggung, harganya lebih murah lagi yakni Rp 20 ribu per keranjang. “Harga seperti sekarang sudah sejak dua bulanan terakhir,” kata petani asal Banjar Dalem, Desa Songan ini.

Baca juga:  Tarif Retribusi ke Kintamani Diturunkan, Bupati Bangli Harap Kunjungan Meningkat

Menurutnya, anjloknya harga tomat saat ini terjadi akibat masa panen yang bersamaan dengan petani tomat di daerah luar. Sehingga menyebabkan stok tomat dari daerah luar melimpah masuk ke Bali. Dengan harga tomat yang terjun bebas seperti saat ini, dirinya dan sejumlah petani tomat di desanya terpaksa harus menanggung kerugiaan yang tidak sedikit. Sebab untuk merawat tanaman tomat, petani membutuhkan perawatan ekstra dan biaya yang tidak sedikit terutama membeli pupuk dan obat. Agar petani bisa mendapatkan untung, idealnya harga jual tomat di tingkat petani Rp 4000-Rp 5000 per kilogramnya.

Baca juga:  Meluas, Padi Rebah di Jembrana

Parwata mengatakan, akibat anjloknya harga tomat saat ini, tak sedikit petani yang memilih menelantarkan buah tomatnya di pohon. Pertimbangannya, jika dijual, harganya yang terlalu murah tidak menutupi biaya pemeliharaan. Disamping itu, jika dijual, petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk ongkos memetik dan membeli keranjang.

“Harga keranjang saja Rp 10 ribuan. Belum lagi, ngeluarin biaya untuk tenaga pemetik harian. Banyak petani yang males jualnya,” ujarnya.

Baca juga:  Sisi Lain Pelantikan Bupati Klungkung, Suwirta Menangis Haru Lihat Kehadiran Ortu

Namun, khusus dirinya sendiri, Parwata mengaku tetap menjualnya meski harga tomat saat ini tak bisa memberikan untung baginya.

Sama seperti harapan petani lainnya, dirinya sangat berharap harga tomat bisa segera membaik. Parwata mengatakan, biasanya harga tomat jelang Tahun Baru menggembirakan petani. Di bulan yang sama tahun lalu, harga tomat mampu menembus Rp 6000 hingga Rp 8000 per kilogram. “Harapan saya harga bisa naik. Karena saya masih punya tanaman tomat yang akan segera panen satu bulan lagi,” imbuhnya. (dayu rina/balipost)

 

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *