Dua orang petugas tengah melakukan proses perawatan di Gardu Induk Sanur, Denpasar. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Jawa Bali Crossing (JBC) melalui kabel udara mendapat penolakan dari sebagian masyarakat. Karena itu, diputuskan suplai energi listrik dari Jawa-Bali (Jabali) melalui bawah laut.

General Manager PLN Distribusi Bali I Nyoman Suwarjoni Astawa menyampaikan, belum lama ini Direksi PLN telah menandatangani MoU dengan Gubernur Bali. Salah satunya adalah upaya meningkatkan kapasitas transmisi yang menghubungkan Jawa dan Bali.

Gubernur mengarahkan agar transmisi Jabali lewat udara tidak dilakukan, tapi dengan menggunakan kabel laut. “Tiga hari lalu kami melaksanakan FGD di Surabaya dengan PT PAL, yang nanti diharapkan sebagai perusahaan yang akan membangun tower di tengah laut. Kemudian kita juga mengundang ahli dari ITB dan juga staff ahli Kementerian ESDM mengenai bagaimana caranya dan teknologi apa yang tepat untuk membangun tower di Jawa di darat, kemudian melalui laut, dan sampai di Bali,” beber Astawa saat apel Hari Listrik Nasional (HLN) Sabtu (27/10) di Lapangan Renon.

Baca juga:  Hujan Lebat, Warga Guwang Tetap Kawal Sidang Sengketa Tanah

Nantinya, transmisi akan masuk ke Bali lewat kabel laut 500 KV. Transmisi baru masuk ketika sudah di tengah laut.

Di selat Bali ada palung yang selama ini PLN menggelar kabel 150KV, risikonya sangat besar. Padahal 500 KV itu biayanya jauh lebih besar dari 150 KV.

Sejak tahun 1987 PLN menggelar 12 kabel di Selat Bali, dan hingga saat ini tinggal beroperasi 4 kabel. “Yang lainnya lainnya rusak karena terseret arus, kena jangkar, jadi risikonya tinggi sekali,” bebernya.

Baca juga:  Tiga Kabupaten Ini Tambah Pasien COVID-19 Meninggal

Kabel akan digelar pada jarak 1 km dari Bali baru masuk ke bawah laut. “Jadi di palungnya itu kita menaruh tower di selat Bali yang keadalaman 40-60 meter,” imbuhnya

Untuk itu, PLN akan melakukan kembali FS. Dibutuhkan waktu 6 bulan lagi untuk melakukan FS. Sehingga diharapkan tahun 2019 detail design sudah jelas, pendanaan bisa dicari dan lelang proyek.

Pendanaan dari ADB yang direncanakan untuk transmisi 500 KV telah batal, namun masih ada sumber pembiayaan lain yang masih komit. Ia bersyukur sebagian dari dana ADB masih bisa diteruskan untuk membangun sistem 150KV yang ada di Jawa Timur. Targetnya tahun 2019, ia bisa melakukan lelang proyek.

Baca juga:  BPKP Tak Dapat Hitung Kerugian, Kejari SP3 Kasus KPPE

Ia berharap, apapun cara yang dilakukan untuk menyalurkan energi dari Jawa ke Bali, ia hanya ingin sistem kelistrikan di Bali kuat. Dengan adanya transmisi ini akan memperkuat interkoneksi Jawa Bali.

Sehingga bisa membangun pembangkit energi baru terbarukan (EBT) seperti energi surya yang lebih besar lagi. Karena sebelumnya, sistem Bali hanya bisa menyerap 50MW. Dengan adanya koneksi maka akan bisa menyerap lebih besar lagi 100 – 150 MW. “EBT harus ada pembangkit pendamping yang setiap saat bisa menggantikan atau mensubstitusi ketika pembangkit EBT ini tidak bisa beroperasi,” tandasnya. (Citta Maya/baliposy)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *