Wisatawan Tiongkok berlibur ke Bali saat perayaan Imlek 2018. (BP/dok)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Isu mengenai pariwisata Bali dijual murah oleh agen perjalanan di Tiongkok, disikapi serius wakil rakyat di DPRD Badung. Pasalnya, masalah ini berdampak terhadap pendapatan Kabupaten Badung yang bertumpu pada sektor pariwisata.

Ketua Komisi II DPRD Badung, I Wayan Luwir Wiana, mengakui penjualan pariwisata murah akan berdampak buruk terhadap pendapatan pajak daerah. Karena itu, pihaknya menginginkan agar dilakukan pengawasan dan juga inspeksi mendadak bersama instansi dan stakeholder terkait.

“Mulai dari sidak masalah perizinan, travel agent, guide nya, restoran maupun tempat mereka menginap dan lainnya. Ini harus dilakukan agar tidak menjadi masalah dikemudian hari,” ungkap Luwir Wiana, Selasa (16/10).

Baca juga:  Mulai Besok, Mall hingga Pasar Kembali Dikurangi Jam Operasionalnya

Menurutnya, jika terbukti tidak memiliki melanggar harus ditindak tegas serta diberikan sanksi, bahkan dideportasi. Sebab, jika Bali dijual murah tentu daerah tidak akan mendapat manfaatnya. Mereka bertransaksi mulai dari hotel, restoran dan lainnya sudah di negara asalnya. “Tentu ini akan mempengaruhi pendapatan daerah, kita tidak dapat pendapatan, sementara tamu ini bikin macet dan buat permasalahan di Badung,” tegasnya.

Karena itu, legislator Badung sangat tidak setuju penjualan pariwisata Bali murah di Tiongkok. Sebab, pelaku pariwisata dan pemerintah menginginkan wisatawan yang berkunjung ke Badung dan Bali berkualitas. “Harapan saya semua komponen harus turun. Bila perlu lakukan sweeping saja sekalian,” katanya.

Baca juga:  Mulai Berlaku, Pengurangan Jam Operasional untuk Warung Makan hingga PKL di Bali

Seperti diberitakan, sejumlah tokoh pariwisata yang selama ini khusus menangani wisatawan Tiongkok mengungkap Bali dijual murah di negeri tirai bambu. “Kasarnya gini ya, Bali itu dijual sangat murah di Tiongkok oleh agen-agen tertentu. Sangat murah, bahkan semakin berlomba untuk lebih murah,” ungkap Ketua Divisi Bali Liang (Pangsa Pasar Mandarin) Asita Bali, Elsye Deliana.

Dikatakan, praktek jual murah itu sudah berlangsung sejak 2-3 tahun terakhir. Diduga ada permainan mafia yang tentunya sangat merugikan Bali. Data setahun terakhir, Bali hanya “dijual” seharga 999 renminbi atau sekitar Rp 2 juta. Harga miring tersebut sudah termasuk tiket pesawat pergi-pulang, makan dan menginap di hotel selama 5 hari 4 malam. Belakangan, harga itu bahkan sudah turun menjadi 777 renminbi atau sekitar Rp 1,5 juta. Lalu turun lagi menjadi 499 renminbi atau sekitar Rp 1 juta dan yang teranyar 299 renminbi atau sekitar Rp 600 ribu.

Baca juga:  Ditanya Reklamasi Teluk Benoa, Ini Jawaban Koster

“Coba dipikir, dengan Rp 600 ribu bisa dapat tiket ke Bali dan balik lagi ke Tiongkok. Dapat makan dan hotel selama 5 hari 4 malam. Jadi kualitasnya seperti apa,” pungkasnya. (Parwata/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *