Ilustrasi. (BP/dok)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Memasuki musim kemarau, sejumlah banjar maupun desa di Karangasem pengalami krisis air bersih. Seperti lima Banjar Dinas di Desa Seraya Timur, Kecamatan Karangasem, sejak tiga bulan terakhir kesulitan memperoleh air bersih. Atas kondisi itu, warga terpaksa membeli air bersih untuk dikonsumsi.

Perbekel Seraya Timur, Made Pertu menjelaskan, lima banjar yang kesulitan air bersih itu meliputi Banjar Tanah Barak, Bukit Catu, Ting Jalas, Gili Selang,  serta Tukad Buah bagian atas. Kata dia, jika dihitung dari sekitar 2.100 kepala  keluarga (KK) di Seraya Timur, yang kesulitan memperoleh air bersih mencapai 1.300 KK.

Baca juga:  Jalin Sinergi, Panglima TNI Senam Bersama Ribuan Peserta

Masyarakat yang sulit memperoleh air bersih tinggal di dataran cukup tinggi. “Kalau sisanya tinggal di dataran rendah. Masih bisa memperoleh air bersih dari PDAM. Daerah yang bisa memperoleh air yakni  Banjar Kangin, Tukad Hitam, Tukad Tis, Batu Kori, dan Banjar Tukad Buah bagian bawah,” ungkapnya.

Pertu menambahkan,  warga kesulitan mendapat air bersih karena sumber-sumber air kering. Seperti sumber di Sungai Buah. Untuk kebutuhan tiap harinya, masyarakat terpaksa minta air ke tetangga yang berlanganan PDAM.

Baca juga:  Krisis Iklim Indonesia Bawa Dampak Pada Anak-Anak

Warga mengangkut dengan jalan kaki. Sementara beberapa warga agar bisa mendapatkan air bersih, mereka terpaksa membeli air dengan mobil tanki. Per tankinya sekitar Rp 250 hingga 300 ribu. Tergantung medan yang dilalui. Jika medan sulit, air semakin mahal.

“Air pertangki digunakan untuk sepuluh hari. Sebelumnya sempat dibawakan air bersih 10 tanki dari Dinas Sosial (Dinsos) Karangasem. Sekarang desa kembali mengusulkan bantuan air 20 tangki. Cuma, sampai hari ini belum ada respons dari Dinas. Kita harap bisa kembali dibantu air bersih,” harapnya.

Baca juga:  PMI Karangasem Salurkan Air Bersih ke Warga

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Karangasem, IB Ketut Arimbawa mengakui, jika Seraya Timur kesulitan meperoleh air bersih. Peristiwa ini terjadi setiap tahun, terutama saat musim kemarau seperti sekarang ini. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *