BANYUWANGI, BALIPOST.com – Banjir bandang yang menerjang Banyuwangi, Jumat (22/6), masih berpotensi terjadi lagi. Pemicunya, hujan lebat masih mengguyur kabupaten ini.

Apalagi, hujan berpotensi muncul di atas Gunung Pendil, deretan Gunung Raung yang menjadi hulu penyebab banjir bandang. Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi Anjar Triyono Hari menjelaskan hingga minggu ketiga Juli mendatang, curah hujan kawasan Gunung Pendil intensitasnya masih tinggi.

Menurutnya, topografi Banyuwangi memiliki perbedaan awal musim kemarau. Di wilayah timur Banyuwangi telah memasuki musim kemarau pada April lalu,
sedangkan wilayah barat masih musim hujan. “Wilayah barat seperti Kecamatan Songgon, Sempu, Singojuruh, dan wilayah barat lainnya, musim kemarau masih minggu ketiga Juli mendatang,” katanya, Senin (25/6).

Baca juga:  Jalur Pariwisata, Jalan Darmawangsa Kutuh Belum Dilengkapi Saluran Drainase

Ditambahkan, kondisi ini bukanlah anomali cuaca. Namun wilayah barat yang merupakan dataran tinggi, masih mengalami musim hujan. Bahkan, menurutnya, curah hujan di wilayah barat Banyuwangi intensitasnya mengalami peningkatan. Ini disebabkan suhu muka laut masih hangat. “Intensitasnya tinggi. Hujan terjadi secara kontinyu atau terus menerus sepanjang hari dari pagi hingga malam,” imbuhnya.

Data dari BMKG ini berbanding lurus dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Kabid Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG, Agus Budianto mengatakan Gunung Pendil, masih berpotensi terjadi longsor susulan. Sebab, masih terdapat material vulkanik yang mengalami pelapukan di Gunung Pendil. Mahkota longsor berada di puncak Gunung Pendil.

Baca juga:  Tak Pasang Monitor Pajak, Restoran di Banyuwangi Terancam Ditutup

Titik tertinggi longsor berada di ketinggian 2.245 mdpl. Menurutnya, Gunung Pendil memiliki penampang kerucut yang curam dengan kemiringan lebih dari 45 derajat.

Longsor lanjutnya terjadi akibat banyak pelapukan material vulkanik. Sebab, arena gunung ini merupakan gunung api tua yang tumbuh di kaldera besar. Saat musim kemarau terjadi rekahan-rekahan (retakan) tanah. Di musim hujan, ketika intensitas hujan tinggi air masuk ke dalam rekahan, dan mengalami kejenuhan air. Ini membuat air semakin susah masuk. Akibat gravitasi air turun, sehingga terjadi longsor, memicu banjir bandang. “Potensi terjadinya longsor susulan di Gunung Pendil masih ada,” ujarnya. (Budi Wiriyanto/balipost)

Baca juga:  Merapi Erupsi, Tinggi Kolom Abu Capai 5 Ribu Meter
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *