11 rumah warga Dusun Dasong, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada terendam air Danau Buyan yang meluap sejak beberapa bulan terakhir ini. (BP/ist)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Air Danau Buyan di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada kembali meluap. 11 rumah di Dusun Dasong, dan lebih dari 25 hektar lahan pertanian tergenang air danau.

Air menggenangi rumah warga dengan ketinggian sekitar 15 centi meter dari permukaan tanah. Kendati demikian, warga belum mengungsi. Mereka memilih bertahan walaupun harus memindahkan perlengkapan rumah tangga ke tempat yang lebih aman dan terhindar genangan air danau.

Pantauan Senin (26/3), air danau tampak menggenangi pekarangan sampai di ruang kamar rumah. Air ini mulai naik sekitar lima hari sebelum Nyepi pada 17 Maret 2018. Warga membuat tempat yang lebih tinggi untuk menempatkan perlengkapan rumah tangga mereka. Warga ini belum mengungsi ke tempat yang lebih aman karena ketinggian air belum membahayakan.

Bahkan, ketinggian sekarang ini sudah sempat menurun beberapa hari sebelumnya. Selain pekarangan dan ruang kamar rumah warga, lahan pertanian sayur, kacang-kacangan, wortel, col, paprika, dan strobery belakangan ini mulai ikut tergenang.

Baca juga:  Tinggi, Potensi Ekspor Madu Bali

Diperkirakan lahan yang tergenang itu luasannya mencapai puluhan hektar. Situasi ini dipastikan menimbulkan kerugian materiil kalangan petani itu sendiri. Pasalnya, akibat genangan air itu tanaman tidak bisa tumbuh normal karena batang dan akarnya tergenang air berlebihan. Tanaman pun membusuk, hingga memicu terjadinya gagal panen.

Seorang warga Wayan Mertasa menceritakan, air danau meluap sejak musim hujan lalu. Intensitasnya sulit diprediksi karena terkadang naik dan tidak berselang lama airnya kembali menyusut.

Dia mencontohkan, sejak lima hari sebelum Nyepi air danau sudah menggenangi pekarangan smapai ruang kamar rumah semi permanen miliknya. Kalau diperkirakan, ketinggian genangan air saat ini sekitar 15 centi meter.

Mertasa bersama istri dan anaknya sementara tetap tinggal di rumahnya. Dia memindahkan perlengkapan rumah tangga dan barang berharga lain di tempat khusus agar tidak sampai ikut tergenang air danau. Kendati air danau telah menggenangi rumah dan lahan pertanian, Mertasa dan warga lain tetap menjalani aktifitas sehari-hari. Dia tetap memancing ikan di danau untuk memenuhi kebutuhan keluarga. “Masih di sini sama istri dan anak-anak dan kerabat. Kalau ketinggian airnya baru sekitar 15 centi meter dari permukaan tanah. Kalau dibandingkan meluapnya air danau di tahun 2012 lalu itu ketinggian air mencapai 1,5 meter baru mengungsi,” katanya.

Baca juga:  Jokowi Pastikan Ada Menteri dari Bali

Sementara itu Kelian Dusun (Kadus) Dasong, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada Made Suartana mengatakan, sejak air danau menggenangi rumah dan lahan pertanian, warganya sudah mendapat bantuan paket sembako dari instanasi terkait di Pemkab Buleleng.

Warganya mengusulkan kepada pemerintah daerah agar segara memperdalam danau yang mengalami pendangkalan. Pengerukan danau itu diyakini sebagai solusi permanen agar air danau tidak kembali menggenangi rumah warga atau lahan pertanian. “Pendangkalan karena tanah di hutan erosi dan lahan pertanian di sekitar banyak yang hanyut memicu pendangkalan. Ketika hujan volume air danau naik, otomatis airnya meluap ke rumah dan menggenangi lahan pertanian. Warga kami minta dikeruk untuk memperdalam areal danai sehingga data menampung volume air ketika hujan,” katanya.

Baca juga:  Susu Sapi Bali Miliki Kandungan Gizi Tinggi

Suartana menambahkan, dampak yang paling merugikan waganya adalah tergenangnya lahan pertanian di pinggir danau. Dirinya memperkirakan lahan pertanian yang sekarang tergenang lebih dari 25 hektar. Naiknya air danau setiap tahun, memaksa lahan pertanian tidak maksimal diolah sebagai satu-satunya penghasilan warga Dusun Dasong.

Untuk itu, solusi pengerukan untuk memperdalam danau dan mencegah agar lahan pertanian tidak terdampak kalau air danau meningkat di musim hujan tahun berikutnya. “Karena lahannya tergenang jadi tidak maksimal lahan bisa dioleh oleh warga kami. Contohnya, lahan hanya epektif tiga bulan saja, dan sekitar sembilan bulan pengelolaanya tidak maksimal karena lahannya terendam seperti sekarang,” jelasnya. (mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *