Pertemuan bilateral antara perwakilan PDI Perjuangan, Charles Honoris dan Irine Yusiana Roba bersama mantan Partai Kongres India (INC) Sonia Gandhi dan mantan Perdana Menteri India, Manmohan Singh, di Stadion Indira Gandhi, New Delhi, Minggu (18/3). (BP/ist)

JAKARTA, BALIPOST.com – Politisasi identitas yang bertujuan untuk mendapat dukungan dengan menjual sentimen suku, ras, etnisitas, serta agama (SARA) ternyata menjadi tren di Indonesia dan India. Hal itu terungkap dalam pertemuan bilateral antara perwakilan PDI Perjuangan, Charles Honoris dan Irine Yusiana Roba bersama mantan Partai Kongres India (INC) Sonia Gandhi dan mantan Perdana Menteri India, Manmohan Singh, di Stadion Indira Gandhi, New Delhi, Minggu (18/3).

Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Charles Honoris mengatakan kedua perwakilan partai bersepakat untuk sama-sama melawan politik identitas yang trennya belakangan semakin meningkat di negara masing-masing. Sebab, politik yang sehat tidak boleh berdasarkan atas sentimen primodial. “Kami sepakat bahwa politik yang sehat adalah adu gagasan, adu program untuk kesejahteraan rakyat. Bukan memainkan sentimen SARA yang justru akan menghancurkan persatuan rakyat,” kata Charles Honoris yang merupakan anggota Komisi I DPR membidangi Hubungan Luar Negeri.

Baca juga:  Gempa Pasaman Barat, BRI Bangun “Posko BRI Peduli” Bantu Warga Terdampak

Sedangkan, Sonia Gandhi menekankan menekankan pentingnya menjalankan politik yang inklusif dan mengedepankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. “INC dan PDI Perjuangan adalah contoh partai terbuka yang terus menjunjung tinggi nilai-nilai pluralisme dan kebijakan yang berkeadilan sosial,” kata Sonia.

Dalam pertemuan tersebut, Charles juga menyampaikan salam hangat dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri kepada Sonia. Kepemimpinan Sonia di INC selama 19 tahun mengingatkan kepemimpinan Megawati yang kuat di PDI Perjuangan. “Keduanya merupakan perempuan hebat yang teguh memegang prinsip demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat di masing-masing negara,” kata Charles.

Baca juga:  Seratusan WN India Dikonfirmasi Eksodus ke Indonesia

Pertemuan juga diwarnai nostalgia hubungan baik Indonesia dan India sejak era Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Jawaharlal Nehru. Utamanya saat kedua bapak bangsa tersebut sama-sama menggagas Gerakan Non-Blok lewat KTT Asia Afrika di Bandung pada 1955.
“Persahabatan dan kiprah kedua pemimpin besar Asia itu terus merekatkan hubungan kita para penerus cita-cita perjuangan mereka,” kata Charles.

Irine Yusiana Roba yang juga anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR menambahkan, sejak zaman Bung Karno dan Nehru, kebijakan luar negeri INC dan PDI Perjuangan memiliki banyak kesamaan. “Salah satunya adalah terus menentang segala bentuk neokolonialisme dan imperialisme yang ada di atas muka bumi ini,” kata Irine mencontohkan penjajahan atas bangsa Palestina adalah yang sama-sama ditentang. (Hardianto/balipost)

Baca juga:  Percepatan Cakupan Vaksinasi Terus Dilakukan, Jarak Waktu Booster Dipangkas
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *