kintamani
Ilustrasi. (BP/dok)
SINGARAJA, BALIPOST.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng melaksanakan Simulasi Uji Lapang Rencana Kontijensi Gempa Bumi dan Tsunami di lapangan Seririt, Selasa (19/12). Simulasi ini melibatkan 400 peserta terdiri dari personel BPBD Buleleng, Basarnas, BMKG, TNI, Polri, PMI, dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.

Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Made Subur mengatakan, Seririt dipilih sebagai lokasi mengingat kecamatan ini pada 1976 silam pernah diguncang gempa bumi berkekuatan 6.2 SR dengan episentrum di daratan. Gempabumi Seririt menelan korban jiwa hingga ratusan orang. Kondisi bangunan pun porak poranda akibat guncangan gempa bumi tersebut.

Baca juga:  Puluhan Pengusaha Pariwisata Ubud Buang Limbah Sembarangan

Belajar dari pengalaman itu, Buleleng memiliki peluang ancaman paling besar terhadap terjadinya musibah gempa bumi dan tsunami. Apalagi, Buleleng terletak tepat di atas Lempeng Tektonik.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), di bawah Pulau Bali terdapat zona gempa bumi berupa slab atau patahan dengan kedalaman 100 kilometer dan kemiringannya mencapai 65 derajat dengan jangkauan sampai kedalaman 650 kilometer di bawah bagian utara Bali.

Baca juga:  Mensos Serahkan Bantuan Untuk Korban Bencana Alam di Kintamani

Di Buleleng terdapat 3 patahan yang cukup rawan. Yakni patahan di Seririt, tepatnya di laut Desa Pengastulan, patahan di wilayah Buleleng Barat tepatnya di Desa Banyuwedang, dan patahan yang baru ditemukan yakni di Tejakula. “Kita antisipasi dengan simulasi ini karena dari pengalaman bencana itu tidak ada yang tahu dan kajian ilmiah dari BMKG. Dengan tiga patahan yang ada ini karena di daerah lain sudah kejadian gempa bumi juga, akibat pergeseran patahan tinggal menghitung waktu dan bencana mengancam setiap saat,” katanya.

Baca juga:  Sehari 2 Digit, Tambahan Kasus COVID-19 Bali Balik ke Seratusan Orang

Subur menambahkan, dari kegiatan simulasi ini, pemerintah akan membuat manejemen penanganan bencana dan pengungsi pada aspek tugas tanggung jawab masing-masing OPD. Simulai ini sendiri sebagai upaya antisipasi, apabila terjadi bencana semua komponen memahami pola penanganan yang cepat, tepat, dan terkoordinasi. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *