Irigasi
I Nyoman Sulandra tengah melihat bibit padinya, Selasa (5/12). Itu terancam mubazir lantaran lahan tidak bisa diolah akibat aur nihil. (BP/sos)
SEMARAPURA, BALIPOST.com – Penutupan irigasi akibat Tukad Unda terkepung banjir lumpur yang membawa material erupsi Gunung Agung masih berlangsung, Selasa (5/12). Hal tersebut menyebabkan ratusan hektar sawah sejumlah subak di Kabupaten Klungkung berpotensi mengalami tunda tanam padi. Ini pun menjadi ancaman terhadap produksi beras.

Kepala Dinas Pertanian Klungkung, Ida Bagus Gde Juanida menjelaskan sesuai hasil pendataan, sawah yang berpotensi mengalami tunda tanam mencapai ratusan hektar. Rinciannya, untuk Kecamatan Dawan pada subak Sampalan Delod Margi dengan luas 47 hektar dan Gunaksa 110 hektar.

Selain itu ada pula di Kecamatan Klungkung, yakni Subak Toya Ehe 51 hektar, Subak Selat 64 hektar dan Toya Cau 28 hektar. “Subak ini sumber airnya dari Tukad Unda. Tapi karena ada penutupan saluran irigasi, tanam padinya yang harusnya berlangsung bulan ini, berpotensi tertunda,” terangnya.

Baca juga:  2 Tahun, Pemprov Bali Hasilkan 40 Regulasi

Kondisi itu diyakini menyebabkan produksi beras turun. Namun demikian, jumlahnya diprediksi tidak banyak karena sawah pada subak lain masih bisa menanam padi sesuai musim. “Kalau penurunan sudah pasti ada. Tapi tidak besar. sawah di kecamatan lain masih bisa teraliri air dan bisa penanaman ,” sebutnya.

Beberapa petani pada subak tersebut sudah melakukan pembibitan padi. Ada pula yang mengolah tanah. Namun demikian, itu diklaim tak menderita kerugian besar. “Untuk bibit pakai yang subsidi. Harganya lebih murah. Ini tidak membutuhkan banyak. Kalau tanah yang sudah diolah, bisa ditanami palawija lain seperti jagung, kedelai dan cabai. Ini kami dorong supaya petani tetap dapat hasil,” ungkap mantan Kepala Kantor Ketahanan Pangan Klungkung ini.

Baca juga:  Imbas Penutupan Irigasi dari Tukad Unda Berpotensi Minus Beras

Ditambahkan, sejumlah petani pada subak itu juga sudah masuk sebagai peserta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Jika ada yang sudah melakukan penanaman padi dan gagal panen, akan diberikan klaim. “Tapi sekarang belum ada yang mengajukan. Kami juga masih menunggu perkembangan beberapa minggu kedepan,” tandasnya.

Petani Subak Toya Cau Tempek Lepang, Desa Tojan, I Nyoman Sulandra menuturkan minggu ini seharusnya sudah mengolah lahan dan langsung berlanjut penanam padi. Namun karena air nihil, itu terpaksa diurungkan. Bibit yang sudah disemai terancam mubazir. “Kalau ruginya tidak banyak. Hanya bibit saja. Itu hanya 10 kilo. Sekarang belum tahu mau menanam apa. Masih lihat situasi dulu,” tuturnya.

Baca juga:  Dari PHK dan Pengangguran Ancam Krama Bali hingga Kasus COVID-19 Masih Bertambah

Petani paruh baya ini juga dirundung kekhawatiran akan terjadinya gagal panen pada padinya di Subak Toya Cau, Tempek Dadap yang baru ditanam delapan hari lalu. “Kalau yang disana sekarang masih isi air sedikit. Tapi khawatir juga kalau irigasi terus tutup. Bisa gagal panen,” pungkasnya. (sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *