SINGARAJA, BALIPOST.com – Suasana di lokasi penggalian batu pilah di Banjar Dinas Alas Sari, Desa Pacung, Kecamatan Tejakula mendadak heboh Minggu (3/9). Ini dipicu beredarnya kabar bahwa bongkahan batu pilah yang bisa diambil oleh warga tiba-tiba ambruk. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 15.00 wita.

Tiga orang warga yang saat kejadian mengambil batu pilah seorang diantaranya meninggal dunia karena tubuhnya diduga terkena benturan batu pilah yang amrbuk dari ketinggian sekitar dua meter. Seorang pencari batu pilah mengalami luka serius hingga dirawat di IGD RSUD Buleleng.

Korban selamat ini sebelumnya sempat terjebak di antara himpitan batu pilah yang ambruk. Beruntung, warga, bersama polisi dan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, korban berhasil mengevakuasi dan langsung melarikan korban ke rumah sakit.

Kapolsek Tejakula, AKP Wayan Sartika seizin Kapolres Buleleng AKBP Made Suka Wijaya kemarin menyebutkan, dari laporan masyarakat menyebut ada tiga orang warga Banjar Dinas Alas Sari sedang mencari batu pilah. Ketiganya masing-masing Ketut Sutarsana, Komang Kardiasa, dan Nengah Bangkit.

Baca juga:  Tol Jagat Kerthi Harus Dihiasi Ornamen Bali

Satu dari ketiganya yakni Ketut Sutarsana dilaporkan meninggal dunia setelah tubuhnya terkena benturan bongkahan batu pilah yang ambruk dari ketinggian sekitar dua meter. Sedangkan, Komang Kardiasa sejak sore terjebak di lokasi pengambilan batu pilah.

Tubuhnya terjepit bongkahan bantu pilah. Beruntung, dia masih bisa berkomunikasi dengan warga dan tetangga yang terus berusaha menolong. Sementara, satu korban lagi Nengah Bangkit selamat dari maut.

Saat kejadian dia sedang memikul bongkahan batu pilah yang telah berhasil digali dari lokasi kejadian. “Ini berawal ada info masyarakat dan setelah dicek benar bahwa bongkahan batu pilah itu ambruk. Satu selamat, satu tewas dan satu orang lagi masih terjepit di lokasi pengambilan batu pilah,” tegasnya.

Hengga petang, polisi dan warga berusaha untuk menolong satu korban yang terjebak himpitan batu pilah. Korban Komang Kardiasa akhirnya berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat.

Baca juga:  Tambahan Harian Kasus COVID-19 Ada di Atas 100, Korban Jiwa Masih Dilaporkan

Dia berhasil dievekuasi oleh polisi bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng. Karena luka parah yang dialami, korban Kardiasa dilarikan ke IGD RSUD Buleleng untuk mendapatkan perawatan medis.

Sementara, korban Sudarsana hingga malam belum bisa dievakuasi dari lokasi kejadian. Ini karena medan sulit dilalui alat berat, sehingga evekuasi terpaksa menunggu bantuan dari personel Basarnas.

Saksi Nengah Bangkit menuturkan, dia bersama dua rekannya bekerja mengambil batu pilah di tanah milik Ketut Mandra yang sudah dikontrak oleh Komang Supariasa. Saksi dan dua korban bekerja mengambil batu pilah atas suruhan Supariasa. Sekitar pukul 12.00 wita dia dan dua rekannya mulai bekerja mengambil patu pilah dengan kedalaman galian sekitar dua meter.

Sudarsana dan Kardiasa menggali bongkahan patu pilah. Sementara saksi sendiri mengangkut bongkahan batu pilah dari lokasi galian. Sekitar pukul 15.00 wita, tiba-tiba saksi melihat bongkahan batu tepat di atas lokasi rekannya menggali batu pilah ambruk.

Baca juga:  Dari Polisi Tetapkan 5 Tersangka Pemerkosaan hingga Satu Varian Baru COVID-19 Sudah Masuk Bali

Belum sempat memberitahu, bongkahan batu itu menimbun kedua rekannya. Karena benturan bongkahan batu di atasnya itu, korban Sutarsana meninggal dunia. Sementara, Kardiasa saat kejadian tubuhnya terjepit bongkahan patu pilah.

Saksi dan warga bersama aparat polisi kemudian berusaha menolong hingga sekitar pukul 18.30 wita korban berhasil dievakuasi. “Waktu itu korban di bawah memahat batu pilah. Saat itu tiba-tiba batu di atasnya itu ambruk dan mengenai teman kami dan langsung kami minta pertolongan,” katanya.

Sebagian besar warga di Desa Pacung berprofesi sebagai pencari batu pilah. Lokasi pengambilan batu pilah ini ditemukan sejak bertahun-tahun silam.

Sejak itu, warga mengambil batu pilah untuk penghasilan sehari-hari. Meski beresiko dan lokasinya jauh dari pusat desa, warga melakoni profesi ini karena tidak ada pekerjaan lain. Batu pilah ini diambil dengan terlebih dahulu melakukan penggalian dengan inggis atau alat khusus lainnya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *