Dua wisatawan mancanegara (wisman) berjalan-jalan di Taman Janggan, Denpasar. Okupansi kamar hotel di Bali pada Natal dan Tahun Baru (Nataru) ini diperkirakan tidak mengalami kenaikan signifikan seperti tahun sebelumnya. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tingkat hunian atau okupansi kamar hotel di Bali pada Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), dirasa tak naik signifikan. Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor, mulai dari berita negatif seperti banjir serta sampah yang akhir-akhir ini marak, termasuk banyaknya akomodasi tak berizin.

Menurut Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali, Komang Artana, Senin (22/12), sebelum tanggal 20 Desember okupansi cukup rendah. Dimana okupansi rata-rata masih di bawah 65 persen. “Tahun ini lebih rendah dari tahun lalu,” ujarnya.

Padahal, kata dia, kedatangan wisatawan ke Bali tahun 2025 lebih tinggi 10 hingga 15 persen dibanding tahun lalu. Menurutnya ada beberapa hal yang menyebabkan okupansi menurun, salah satunya pemberitaan negatif terhadap Bali. Beberapa di antaranya terkait banjir pada 10 September lalu, kemacetan, hingga terkait sampah.

Baca juga:  PHR Badung Merosot, Penurunan Harga NJOP Diharapkan Jadi Solusi

Dengan akumulasi berita negatif ini, kata Artana, membentuk opini bahwa Bali tidak aman. “Beda dengan Thailand meski kondisi perang, tapi beritanya kan tidak masif sehingga masih ramai,” ungkapnya.

Selain itu, semakin banyaknya akomodasi pariwisata di Bali juga ikut memberikan dampak. Dengan semakin banyaknya akomodasi, maka harus berbagi kue, sehingga terlihat okupansi menurun. “Ada juga akomodasi yang tidak berizin, tapi terdaftar di online, sehingga harus berbagi juga dengan mereka,” tambahnya.

Baca juga:  Akhir Tahun Okupansi Hotel di Denpasar Turun, Dua Faktor Ini Disebut Pemicunya

Meski demikian, okupansi mulai merangkak kembali setelah 20 Desember, pesanan hotel sudah mencapai 65 hingga 70 persen. Bahkan di akhir tahun tepatnya, 30 dan 31 Desember rata-rata booking hotel di Bali sudah 85 persen ke atas. “Beberapa area hotel ada yang 75 persen, bahkan 90 persen. Itu bervariasi tergantung hotelnya, bintangnya, dan arealnya,” ujar Artana.

Terkait adanya isu beberapa hotel yang merumahkan karyawannya, dia menyebut kemungkinan ada. Hal ini tergantung pada kekuatan keuangan dari masing-masing hotel. “Misal target okupansi terendahnya 50 persen, tapi ternyata di bawah target, kemungkinan saja hotel itu melakukan perumahan karyawan,” ungkapnya.

Baca juga:  Hingga 3 Hari Ke Depan, Waspadai Gelombang Tinggi Capai 6 Meter

Sebelumnya Ketua Perhimpunan Hotal dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Denpasar, Ida Bagus Gede Sidharta Putra mengatakan, Nataru tahun ini tidak seramai tahun sebelumnya. Selain faktor tadi di atas, penurunan okupansi tahun ini juga dikarenakan tren berwisata menurun.

“Tahun lalu kan masih masa habis covid-19 banyak acara yang digelar, wisatawan ramai. Kalau tahun ini malah banyak bencana yang diberitakan jadi berpengaruh,” terangnya. (Widiastuti/bisnisbali)

BAGIKAN