BANYUWANGI, BALIPOST.com – Krisis garam yang melanda negeri ini mendapat perhatian serius pemerintah pusat. Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukito memastikan sudah meneken izin izin impor garam. Tak tanggung-tanggung, total mencapai 75.000 ton. Stok ini tak hanya untuk garam konsumsi, namun kebutuhan industri.

“Kita sudah keluarkan izin untuk impor garam. Total 75.000 ton, ini setelah ada rekomendasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),” kata Mendag usai meresmikan angkutan wisata dan angkot gratis di Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (29/7).

Baca juga:  Penyebaran Corona Meluas, Gianyar yang Andalkan Wisatawan Eropa Juga Dilanda Kekhawatiran

Menurut Mendag, impor garam dirasa perlu untuk memenuhi kebutuhan nasional. Jumlah impor ini kata dia hanya untuk tahap awal. “Nanti perkembangannya kita lihat. Sambil menunggu petani garam panen. Impor ini hanya untuk penyeimbang,” ujarnya.

Ditambahkan, impor garam tak hanya untuk konsumsi. Sebab, kalangan industri juga banyak yang membutuhkan. Seperti industri kaca dan kertas. Khusus garam konsumsi, pihaknya menyerahkan ke PT. Garam. “Kebutuhan garam memang besar, terutama untuk industri,” ujarnya.

Impor garam itu kata Mendag bisa didatangkan dari negara manapun. Targetnya, kebutuhan garam nasional bisa terpenuhi. Stok garam impor ini akan dievaluasi. “Karena sifatnya penyeimbang, kita akan evaluasi stok garam impor ini. Harapannya, cukup segitu sambil menunggu petani garam panen,” pungkasnya.

Baca juga:  Padukan dengan Geguritan, Upaya Jadikan Dangdut Lebih Diminati di Bali

Sementara itu, krisis garam mulai dirasakan para pengrajin ikan asin di kawasan Muncar, Banyuwangi. Mereka mulai mengurangi produksi akibat mahalnya garam. Harga garam yang awalnya sekitar Rp 2000 per kilogram, naik menjadi Rp 5000 per kilogram. Imbasnya, harga ikan asin juga meroket.

Dari harga sekitar Rp 22.000 per kilogram, naik menjadi Rp 50.000 per kilogram. “Banyak pengrajin yang mulai mengurangi produksi. Selain ikan juga jarang, harga garam juga naik,” keluh Roji, salah satu pengrajin ikan asin di pantai Muncar.

Baca juga:  Tambahan Harian COVID-19 Nasional Makin Turun, Di Bawah 6.000

Selama ini kata Roji, harga garam cenderung stabil. Namun, belakangan kian melejit. “Pengrajin benar-benar kelimpungan. Garam kan menjadi penopang utama membuat ikan asin,” ujarnya.

Pihaknya berharap harga garam bisa segera stabil. Sehingga, pengrajin ikan asin bisa berproduksi. (Budi Wiriyanto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *