DENPASAR, BALIPOST.com – Bali masih perlu ditanami mangrove sebab lahan mangrove untuk mencegah abrasi telah terkonversi. Belum lagi berkurangnya mangrove karena penebangan dan rusak.

Dalam upaya perbaikan mangrove, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah memetakan wilayah yang kondisi mangrovenya kritis. “Kita membantu semua daerah yang memang kritis kondisi mangrovenya,” kata Direktur Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial KLHK, Antung Deddy Radiansyah, Jumat (21/4).

Bali merupakan lokasi pertama yang disasar. Namun ia mengaku belum mengetahui kebutuhan mangrove di Bali karena belum melakukan survey secara keseluruhan. Kondisi kritis tersebut karena ekosistemnya terganggu. Misalnya dilakukan alih fungsi, penebangan, dan konversi lahan.

Di dalam menyelamatkam mangrove, diakui harus melibatkan masyarakat. Bali menjadi pilot project karena Bali memiliki culture yang diharapkan dapat memelihara mangrove. Begitu juga dengan daerah lain diharapkan dapat memelihara mangrove dengan culturenya yang berbeda.

Baca juga:  Setengah Luasan Hutan Mangrove di Indonesia Alami Kerusakan
Pihaknya sedang memetakan mangrove yang kritis berdasarkan kondisi wilayah masing-masing. Setelah itu baru dipetakan dari sisi kerjasama dengan masyarakat dan perusahaan.

Seperti kolaborasi dengan BRI, diharapkan dapat memancing perusahaan lain ikut berkontribusi dalam pemeliharaan mangrove. Setelah Bali, KLHK akan menyasar pantura (pantai utara Jawa) karena kondisi mangrovenya paling kritis. Yaitu 75 persen mangrovenya sudah hilang. “Ini jangan sampai 75 persen terus berkurang,” pungkasnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *