
BANGLI, BALIPOST.com – Setelah tuntasnya pembongkaran bangunan kedai di Taman Wisata Alam (TWA) Panelokan, Kintamani, pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali melakukan upaya pemulihan ekosistem di kawasan tersebut, Kamis (13/11).
Pemulihan diawali dengan pelaksanaan upacara Guru Piduka dan dilanjutkan dengan penanaman pohon di area bekas bangunan.
Upacara Guru Piduka dipimpin Pemangku Desa Adat Kedisan. Kegiatan itu dihadiri Sekretaris Daerah Pemkab Bangli, Balai Taman Nasional Bali Barat, Balai Pengendalian Kebakaran Hutan Wilayah Jawa Bali Nusra, Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII, Balai Perhutanan Sosial Denpasar, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Unda Anyar, Kepala KPH Bali Timur, Camat Kintamani, Kapolsek Kintamani, Danramil Kintamani, Perbekel Desa Kedisan, Bendesa Adat Kedisan, Masyarakat Desa Kedisan serta Kader Konservasi Balai KSDA Bali.
Usai upacara Guru Piduka, kegiatan dilanjutkan dengan penanaman sebanyak 120 bibit pohon di area tersebut. Pohon yang ditanam terdiri dari beberapa jenis, yang memiliki daya adaptasi tinggi terhadap kondisi kawasan dataran tinggi serta berperan penting dalam menjaga kestabilan tanah, kesejukan lingkungan dan mampu menahan terjadinya erosi. Upacara Guru Piduka dan kegiatan penanaman pohon di areal bekas bangunan kedai dilaksanakan sebagai bentuk tanggung jawab dan refleksi atas kesalahan yang pernah terjadi dalam penataan kawasan.
Kepala Balai KSDA Bali, Ratna Hendratmoko menyampaikan tema penanaman kali ini adalah “Sepenuh Hati Menanam Pohon”. Tema tersebut mencerminkan semangat tulus dan kesungguhan dalam menjaga kelestarian alam melalui tindakan nyata.
“Balai KSDA Bali berusaha menerapkan prinsip menghargai masyarakat adat, menghargai kearifan lokal, karena mereka adalah subyek pengelola. Kita harus terus memperoleh dukungan dari masyarakat sekitar kawasan, dan saya percaya pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia sesuai dengan karakter bangsa indonesia,” kata Ratna Hendratmoko.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Bangli, Dewa Bagus Riana Putra mengapresiasi langkah BKSDA Bali yang tidak hanya fokus pada konservasi ekologi, tetapi juga mengedepankan pendekatan budaya dan partisipasi masyarakat.
“Kami mengapresiasi sepenuhnya atas langkah-langkah yang sudah dilalui oleh BKSDA Bali, karena pelestarian alam akan lebih kuat jika dilakukan bersama-sama dengan nilai-nilai kearifan lokal,” kata Riana.
Sebagaimana diketahui, bangunan kedai berdiri di kawasan TWA Penelokan sebelumnya viral di media sosial.
Berdasarkan video yang beredar, terdapat sekitar dua unit bangunan yang berdiri di kawasan hutan tersebut. Dilihat dari kondisinya, bangunan yang ada seperti masih dalam proses pengerjaan karena terdapat material di sekitarnya. Bangunan yang dilengkapi taman itu memiliki pemandangan indah gunung dan danau Batur. Menurut informasi bangunan tersebut dibangun untuk tempat usaha.
Keberadaan bangunan kedai itu menuai protes dari warga sekitar, terutama Desa Kedisan yang khawatir akan dampak negatif terhadap lingkungan, khususnya risiko terjadinya banjir.
Perbekel Kedisan I Nyoman Gamayana dalam wawancara beberapa waktu lalu menyayangkan tidak pernah ada koordinasi dengan pihak desa, baik dinas maupun adat di Kedisan terkait pembangunan tersebut. Pihaknya khawatir pembangunan di kawasan hutan itu akan menimbulkan dampak lingkungan terhadap desa Kedisan yang ada di wilayah bawah.
Demi keamanan masyarakat, menurutnya seharusnya tidak ada aktifitas pembangunan di hutan. Justru yang harus dilakukan adalah penghijauan. (Dayu Swasrina/balipost)










