Seni rupa- Pameran seni rupa Seratus Tahun Walter Spies di Bali yang ditampilkan di Museum Arma. (BP/Wir)

GIANYAR, BALIPOST.com – Perjalanan Walter Spies di Ubud Bali bisa menjadi bagian mengawali perkembangan pariwisata di Bali. Ini dikisahkan pemeran seni rupa bertaraf internasional yang berjudul ROOTS mengangkat tema Seratus Tahun Walter Spies di Bali 24 Mei – 14 Juni 2025.

Penulis, pembuat film, dan kurator Michael Schindhelm didampingi Owner Museum ARMA, Anak Agung Gde Rai, Jumat (23/5), mengatakan, di Bali banyak orang masih mengingat Walter Spies hingga saat ini.

Baca juga:  Semarak BNI Digital Dalam Perayaan HUT BNI ke-72

Para seniman menjadikan gaya realisme magisnya sebagai model, sebagai penari dan koreografer Spies berperan dalam pengembangan tari lokal yang mungkin paling populer yakni kecak, dan bagi para kolektor serta pemilik galeri menghormati dirinya atas inisiatif terbentuknya Pita Maha, yaitu pendirian koperasi seniman independen untuk mengekang pengaruh komersial pedagang seni Barat pada tahun 1930-an dan 1940-an.

Dijelaskannya, ketika sebuah karya Walter Spies masuk ke pasar seperti di sebuah lelang di Singapura harganya sangat mengejutkan sampai bisa mencapai tujuh digit. Michael menjelaskan, tidak mengherankan bahwa Spies juga terlibat dalam proyek pariwisata pertama di Bali pada tahun 1920-an dan 1930-an. Seperti kemudian, di banyak bagian belahan dunia tertarik berkunjung ke Bali melihat warisan budaya lokal.

Baca juga:  Pariwisata Bali, Kembali ke Jati Diri

“Ketika saya mulai meneliti Spies tentang Bali sekitar enam tahun lalu, saya segera menyadari bahwa saya membutuhkan bantuan seniman Bali untuk memahami dan menceritakan kisah tersebut,” ucapnya.

Dalam pameran mengenang Seratus Tahun Walter Spies di Bali juga ditampilkan karya seni yang dihadirkan Made Bayak dan Gus Dark dalam pameran mengangkat tema-tema utama masyarakat Bali saat ini, pengkhianatan negara, ketahanan budaya spiritualnya sendiri dalam menghadapi masyarakat konsumen global, bentang alam yang terancam, dan genosida 1965/66. Karya-karya ini tertanam dalam peragaan ulang sinematik yang kami buat bersama dari kisah Walter Spies di Bali. (Wirnaya/Balipost)

Baca juga:  40 Ribu Lebih Tandatangani Petisi Menolak Tes PCR Untuk Perjalanan Udara
BAGIKAN