
NEGARA, BALIPOST.com – Sebuah pohon jenis Santen tumbang dan sempat mengganggu arus lalu lintas di jalur utama Denpasar–Gilimanuk, tepatnya di Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Rabu (5/11) dini hari.
Tumbangnya pohon diduga karena akar pohon yang lapuk. Tidak ada korban jiwa maupun kerugian material dari insiden tersebut.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana, I Putu Agus Artana Putra, mengatakan tim reaksi cepat langsung dikirim untuk melakukan pembersihan sekitar pukul 03.10 WITA. Pohon berdiameter sekitar 85 cm dengan tinggi kurang lebih 11 meter itu tumbang karena akarnya lapuk.
“Kami menerima laporan mengenai kejadian pohon tumbang ini dari Pusdalops BPBD Tabanan pada pukul 03.35 WITA. Lokasinya berada di Jalan Denpasar-Gilimanuk, Desa Pengragoan, sebelah timur Warung Banyuwangi Echo,” jelas Agus.
Ia menambahkan, hasil kaji cepat yang dilakukan oleh Tim Reaksi Cepat (TRC) Regu II dan Pusdalops BPBD Jembrana di lokasi menunjukkan penyebab utama tumbangnya pohon Santen tersebut adalah kondisi akar yang sudah lapuk.
Akibat pohon yang melintang, arus lalu lintas dari arah timur sempat tersendat dan harus menggunakan satu jalur. Namun, berkat kesigapan tim di lapangan, kemacetan parah dapat dihindari.
“TRC Regu II bersama Pusdalops BPBD Jembrana langsung bergerak cepat ke lokasi untuk melakukan penanganan. Penanganan dimulai pukul 05.10 WITA dan berhasil diselesaikan pada pukul 06.22 WITA,” papar Agus.
Setelah penanganan tuntas, pohon berhasil dievakuasi, dan arus lalu lintas di jalur Denpasar-Gilimanuk di wilayah perbatasan Tabanan Negara itu kembali lancar normal.
Pihaknya mengimbau kepada seluruh pengguna jalan, terutama yang melintas di jalur rawan pohon tumbang, untuk selalu meningkatkan kewaspadaan mengingat kondisi cuaca yang sewaktu-waktu dapat berubah.
Dalam seminggu terakhir sudah terjadi lebih dari dua kali kejadian pohon perindang di pinggir jalan Denpasar-Gilimanuk. Selain cuaca ekstrem, pohon yang tumbang ini juga dipicu kondisi lapuk. Langkah mitigasi terus dilakukan dengan penebangan maupun pemangkasan pohon yang dinilai membahayakan. (Surya Dharma/balipost)










