
MANGUPURA, BALIPOST.com – Tim Jitupasna Badung di bawah koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Badung bergerak cepat menindaklanjuti bencana pohon tumbang yang merusak sejumlah bangunan suci di Pura Puncak Sari.
Pura ini menjadi ikon pariwisata Taman Wisata Alam (TWA) Sangeh, Desa Sangeh, Abiansemal. Langkah verifikasi kerusakan telah dilakukan sejak Kamis (5/12), dan kini memasuki tahap pendalaman data untuk memastikan akurasi sebelum diajukan melalui sistem Layanan Elektronik Penanggulangan Bencana (Lencana).
Kasi Rekon BPBD Badung, Putu Juniarta seizin Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Badung, Wayan Darma menyebutkan, proses verifikasi masih berlangsung mengingat banyaknya item kerusakan yang harus diukur satu per satu.
Ia menegaskan bahwa tim baru bisa melakukan pengukuran setelah area terdampak selesai dibersihkan. “Kami bersama tim sudah turun ke Sangeh untuk melakukan verifikasi kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana pohon tumbang. Sebelumnya sempat turun cuma krn pembersihan belum selesai jd ga bsa melakukan pengukuran,” ujar Juniarta, Minggu (7/12).
Juniarta menyampaikan bahwa seluruh hasil verifikasi nantinya akan dimasukkan ke sistem Lencana dan diteruskan kepada pimpinan sebagai bahan pertimbangan penyaluran bantuan. Koordinasi dengan pengelola objek wisata dan desa adat juga terus dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan perbaikan.
“Tim kemungkinan akan turun besok (hari ini -red) terkait sinkronisasi kebutuhan perbaikan dengan prajuru adat,” imbuhnya.
Ia menegaskan bahwa Tim Jitupasna terdiri dari lintas OPD yang bertugas memastikan penanganan bencana berjalan cepat dan tepat. Pemerintah daerah, kata dia, menempatkan pemulihan pascabencana sebagai prioritas utama.
“Untuk hasil pengukuran masih berproses, karena item perbaikan banyak. Semoga segera bisa selesai agar cepat bisa dinaikkan untuk persetujuan pimpinan. kami akan terus berupaya memberikan bantuan seoptimal mungkin,” tegasnya.
Dari hasil penafsiran awal, kerugian akibat bencana diperkirakan mencapai lebih dari Rp2 miliar karena bangunan-bangunan yang rusak merupakan struktur berukir khas Bali yang memerlukan biaya restorasi tinggi.
“Dari penafsiran kami kerugian lebih dari Rp 2miliar apalagi ada tembok dan candi yang harus di restorasi, karena tempat ini menjadi tujuan wisatawan,” jelasnya.
Pengelola Objek Wisata Sangeh, Ida Bagus Pujawan, menguatkan taksiran tersebut. Ia menyebut kerusakan bangunan fisik saja sudah menyentuh angka Rp2 miliar.
“Kalau bicara masalah kerugian mungkin menyentuh angka bangunan saja sekitar Rp2 miliar. Karena kalau kita tahu jenis bangunan Bali ini kan memang beda pakai ukiran sama prade. estimasi sekitar segitu, nanti akan saya info jika sudah final,” ungkapnya.
Menurutnya, kerusakan terjadi di berbagai bagian pura, baik yang ringan maupun yang berat. Sejumlah penyengker, bangunan bale, hingga pelinggih terdampak langsung tertimpa pohon. “Banyak bangunan rusak, tidak hanya yang di luar. Di Utamaning Mandala juga ada yang rusak. Padahal baru selesai upacara besar,” bebernya.
Kerusakan terparah terlihat pada Nista Mandala, di mana dua bale gong roboh total. Pada Madya Mandala, dua bale pesandekan, satu gedong wastra, dan bangunan pewaregan juga hancur. Bahkan bale pewaregan masih tertindih dahan besar. Pada Utamaning Mandala, empat pelinggih—pelinggih pesimpangan, bale panggungan, bale pawedan, dan bale tapakan—mengalami kerusakan berat.
“Selain itu, tembok penyengker dan tetanggunan candi juga terkena dahan pohon tumbang,” katanya.
Saat ini seluruh pihak berharap proses verifikasi dapat segera rampung agar pemulihan dapat dimulai secepatnya, mengingat Pura Puncak Sari merupakan salah satu ikon wisata spiritual Badung yang menjadi tujuan wisatawan domestik maupun mancanegara. (Parwata/balipost)










