Salah satu aliran sungai yang rawan terjadi banjir Tukad Bilukpoh di Penyaringan, Mendoyo. BPBD mengajukan alarm di 11 sungai yang rawan air meluap.(BP/istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Menghadapi meningkatnya potensi bencana hidrometeorologi pada Desember 2025 hingga Februari 2026, BPBD Jembrana memperketat kesiapsiagaan di seluruh wilayah. Selain mendirikan pos siaga di Kantor BPBD, instansi ini juga mengusulkan pemasangan alarm peringatan dini di 11 titik sungai yang dinilai rawan.

Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Putu Agus Arthana Putra, Selasa (2/12) mengatakan perangkat deteksi dini tersebut menjadi kebutuhan mendesak untuk meminimalkan risiko banjir bandang akibat naiknya debit air. “Begitu ketinggian air melewati ambang batas, alarm akan berbunyi. Warga bisa segera mengamankan diri dan barang-barang penting,” ujarnya.

Baca juga:  Bupati Dana Launching Program Atma Kerthi, Permudah Layanan Adminduk Tuntas di Desa

Menurutnya, alat peringatan dini sungai bekerja layaknya sistem deteksi tsunami, namun difokuskan pada kenaikan debit air. BPBD telah memetakan 11 titik sungai yang membutuhkan pemasangan alat tersebut. Namun biaya pengadaannya relatif tinggi sehingga tidak memungkinkan menggunakan APBD. “Karena itu kami sudah mengajukan permohonan ke pemerintah pusat,” jelasnya.

Dalam masa siaga, BPBD juga menambah personel Tim Reaksi Cepat (TRC) dari tujuh orang menjadi 10–11 orang. Upaya mitigasi lainnya dilakukan dengan meminta desa-desa membersihkan selokan, memperkuat pemantauan aliran sungai, serta melanjutkan pengerukan pada beberapa titik pendangkalan.

Baca juga:  Dampak Pandemi, Penataan Sungai Ditunda

Sebelumnya, kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi telah ditandai dengan apel gabungan yang melibatkan 481 personel TNI/Polri, BPBD, serta instansi terkait di GOR Krisna Jvara, Dauhwaru. Apel tersebut memastikan seluruh unsur siap menghadapi situasi darurat yang mungkin terjadi selama puncak musim hujan. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN