
DENPASAR, BALIPOST.com – Meninggalnya mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unud berinisial TAS (22) terus diusut pihak kepolisian. Saat ini polisi masih mendalami keterangan sahabat korban.
Selain itu, HP korban yang awalnya dibawa pihak keluarga, kini sudah diberikan ke Polsek Denpasar Barat (Denbar) untuk dilakukan pemeriksaan.
Hal ini disampaikan Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol. Ariasandhy, Kamis (23/10). Kombes Ariasandhy menjelaskan penyidik Polsek Denbar dan Polresta Denpasar pascakejadian langsung mengecek ke TKP.
Beberapa saksi diperiksa termasuk operator CCTV saat kejadian pada 15 Oktober lalu. “Ketika ditanya, operator katakan CCTV rusak. Penyidik lalu cek ruang kontrol monitor, memang saat itu (CCTV) di lantai 4 tidak nyala,” ujarnya.
Saat itu, ibu korban tidak membuat laporan disertai membuat surat pernyataan menerima atas kejadian itu karena jatuh dari lantai 4 dan tidak mempersalahkan itu.
Kemudian pada 20 Oktober ada laporan polisi oleh bapak korban. “Kita ketahui mereka sudah lama berpisah,” ucap Ariasandhy.
Laporan itulah dijadikan dasar oleh polisi melakukan pendalaman lagi terhadap operator CCTV. Hasil pendalaman ditemukan di lantai 4 ada 3 titik CCTV tapi statis atau tidak mengarah lorong atau selasar diduga tempat korban loncat.
“Dari hasil pendalaman melalui perangkat kita yang dicolokan ke recorder kampus. Alat itu kita colokan ternyata bisa. CCTV di lantai 4 bisa merekam tapi saat awal tidak muncul,” ungkapnya.
Dengan demikian penyidik konfirmasi ke pihak kampus. Pihak kampus ingin lihat hasil rekaman itu dan memang berfungsi. Tapi tidak ada CCTV yang mengarah ke tempat korban lompat.
Polisi memeriksa CCTV di lantai 1, 2, 3 dan 4. Saat hari kejadian dari rekaman CCTV memang tidak terlihat yang korban dari lantai 4 turun ke lantai 3, 2 dan 1. “Sehingga dari situ kami meyakini korban lompat dari lantai 4. Ada saksi melihat saat korban melayang jatuh ke bawah,” tegasnya.
Jadi kesimpulannya, dari 20 saksi yang diperiksa belum menemukan adanya unsur perundungan yang jadi penyebab korban bunuh diri. “Belum menemukan. Kenapa? Karena masih ada yang kita dalami,” ucap mantan Kabid Humas Polda NTT ini.
Kesulitan polisi di awal karena dari pihak keluarga atau ibu korban tidak melaporkan kondisi anaknya karena pertimbangan internal dia, lalu membuat pernyataan tidak lapor ke polisi. Selanjutnya sahabat dekat korban diduga pasti tahulah apakah ada masalah atau segala macamnya.
“Waktu awal tanggal 15 Oktober, kita berusaha secara persuasif mencari data, informasi, ternyata yang bersangkutan belum bisa beri keterangan karena masih syok,” ujarnya.
Selanjutnya berdasarkan laporan ayah korban, pihak kepolisian melakukan pendekatan lagi keluarga dan barulah sahabat dekat korban itu bisa diperiksa. Selain itu HP korban saat awal diamankan pamannya dan tidak berkenan untuk periksa, setelah ada laporan polisi jadi dasar melakukan atau menindaklanjuti semua dugaan, akhirnya pihak keluarga menyerah HP korban tersebut.
“Ini sementara kita dalami, apakah ada tanda-tanda penyebab lain korban melakukan bunuh diri. Sampai saat ini kami belum menemukan bukti yang mengarah bahwa penyebab korban meninggal karena pem-bully-an,” tutupnya. (Kerta Negara/balipost)