Suasana di Desa Xiaoyu di Distrik Jinning, Kunming Yunnan, China. (BP/ata)

KUNMING BALIPOST.com – Revitalisasi Desa Xiaoyu di Distrik Jinning Kunming Yunnan tahun 2022 menjadi salah satu bagian kecil dari upaya besar menyelamatkan Danau Dianchi dari pencemaran airnya yang sangat parah. Desa yang berada di tepi danau terbesar di Yunnan ini, disulap dari desa nelayan menjadi desa yang memadukan wisata, pertanian dan budaya tanpa ada lagi aktivitas menangkap ikan.

Pejabat dari Distrik Jinning, Zhang Rui, Selasa (14/10) yang menerima kunjungan delegasi Bali atas undangan Pemerintah Provinsi Yunnan mengatakan, tidak diperkenankannya lagi warga Xiaoyu menjadi nelayan semata-mata untuk mendukung upaya penyelamatan Danau Dianchi dari pencemaran. Padahal tradisi hidup nelayan di Xiayou sudah berlangsung selama hampir 500 tahun.

Sebagai pengganti sumber pendapatan penduduk desa yang terdiri dari 74 KK ini, pemerintah bersama warga menggandeng investor mengembangkan desa wisata. Landskap desa ditata, rumah-rumah penduduk dijadikan guest house, taman -taman ditata, lapangan glamping dibangun. “Kalau akhir pekan, jika anda ingin glamping di sini harus reservasi dulu,” kata Zhang.

Baca juga:  Masih Berpolemik, DPRD Nyatakan Dukungan Revitalisasi Pasar Umum Gianyar

Tidak ada dana pemerintah yang digunakan dalam revitalisasi Desa Xiayou. “Masyarakat desa bekerjasama dengan pihak ketiga (investor) dengan kesepakatan bagi hasil,” ujar Zhang.

Contoh kerjasamanya, investor membangun guest house di tanah milik warga, lalu hasil sewanya dibagi sesuai kesepakatan. Selain menyelamatkan Danau Dianchi, langkah ini sekaligus mengentaskan penduduk Xiaoyu dari kemiskinan.

Dikenal sebagai “mutiara berkilau yang tertanam di dataran tinggi,” Danau Dianchi merupakan sumber air utama untuk keperluan industri dan pertanian di Kunming dan juga memainkan peran penting dalam menyeimbangkan lingkungan kota.

Pemandangan indah itu berubah pada akhir 1980-an ketika danau menjadi keruh akibat limbah industri dan domestik yang dibuang ke dalamnya. Permukaan danau ditutupi lapisan alga biru-hijau yang disebabkan oleh masuknya air limbah yang mengandung nitrogen, fosfor, dan zat berbahaya lainnya.

Baca juga:  Karena Ini, Masyarakat Diminta Tak Menabung

Revitalisasi Desa Xiaoyu mungkin hanya bagian kecil penyelamatan Danau Dianchi. Namun konsistensi pemerintah setempat dengan menyiapkan strategi terintegrasi dan berkelanjutan sepertinya akan mewujudkan hasil seperti yang diharapkan.

Upaya penyelamatan sesungguhnya sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu. Proyek terbesar yang dilakukan adalah dengan membangun saluran mencegah air limbah industri dan rumah tangga mengalir ke danau. Pemerintah China juga membangun saluran dan terowongan yang membentang ratusan kilometer mengalirkan air Sungai Niulan dan Pudu ke danau untuk memurnikan air Dianchi yang sudah sangat tercemar .

Hasilnya, masa-masa puncak pertumbuhan alga biru-hijau telah berkurang secara signifikan, dan satwa liar yang dulunya menghuni danau namun menghilang akibat polusi berat telah kembali. Dari tahun 2014 hingga 2019, jumlah spesies burung di sekitar danau meningkat dari 96 menjadi 138, dengan beberapa spesies yang diketahui sensitif terhadap degradasi lingkungan tercatat kembali. Jumlah spesies tumbuhan air juga meningkat dari 241 menjadi 290.

Baca juga:  Buleleng Simpan Banyak Arsip Statis

Jika upaya penyelamatan ini berhasil, maka lirik lagu yang sering dinyanyikan anak-anak di desa sekitar tepi danau dengan luas hampir 310 kilometer persegi ini, akan kembali dapat dinyanyikan.

“Danau Dianchi membentang jauh ke angkasa dengan air jernih berkilauan tanpa batas. Dayunglah perahumu, menarilah bersama ikan-ikan, dan pulanglah dengan gembira setelah matahari terbenam,” demikian penggalan lirik lagu anak-anak di tepi Danau Dianchi. (Nyoman Winata/balipost)

BAGIKAN