
DENPASAR, BALIPOST.com – Sektor pariwisata Bali masih menunjukkan ketangguhannya di tengah dinamika global. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat tingkat okupansi gabungan hotel bintang dan nonbintang pada Agustus 2025 mencapai 61,68 persen, mencerminkan pemulihan dan stabilitas sektor akomodasi.
Kepala BPS Provinsi Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan di Denpasar, Minggu (5/10) mengatakan, secara wilayah, Kabupaten Badung mencatat okupansi atau tingkat penghunian kamar (TPK) tertinggi 68,44 persen, disusul Denpasar (57,05 persen), Gianyar (55,37 persen), Klungkung (48,99 persen), dan Karangasem (44,95 persen). Adapun Bangli mencatat TPK terendah 24,83 persen.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang langsung ke Bali pada Agustus 2025 mencapai 682.866 kunjungan, turun tipis 2,04 persen (m-to-m) dibanding Juli 2025. Wisman yang datang melalui pintu udara tercatat 682.839 kunjungan, sedangkan melalui pintu laut hanya 27 kunjungan.
“Meskipun ada penurunan pada Agustus, namun tren enam bulan terakhir masih menunjukkan peningkatan yang konsisten. Kalau melihat pola kenaikan sampai saat ini, semestinya tingkat kunjungan akan meningkat dibanding tahun sebelumnya. Mungkin saja melampaui target, sekitar 7 juta,” paparnya.
Dari sisi kebangsaan, Agus Gede menyampaikan, Australia masih menjadi pasar utama dengan 145.756 kunjungan, diikuti Tiongkok (54.653), Prancis (43.460), India (39.877), dan Inggris (34.218). Sementara wisman asal Amerika Serikat mengalami penurunan terdalam sebesar -20,63 persen (m-to-m).
“Secara kumulatif, periode Januari–Agustus 2025 mencatat 4.662.720 kunjungan wisman, meningkat 12,20 persen dibanding periode yang sama tahun 2024,” ujarnya.
Pemerhati ekonomi dan pariwisata Bali, Trisno Nugroho mengatakan, dengan tren kunjungan yang terus meningkat dan penguatan desa wisata, Bali berpotensi melampaui target 7 juta wisman pada 2025. Itu dilihat Trisno dari pertumbuhan kunjungan wisata juga dirasakan di tingkat desa wisata. Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli, misalnya, mencatat capaian signifikan. Pada tahun 2024 jumlah kunjungan wisman mencapai 1.023.750 orang, sementara Januari-September 2025 sudah mencapai 698.081 orang.
Dengan capaian tersebut, Desa Penglipuran semakin meneguhkan posisinya sebagai ikon pariwisata budaya dan alam Bali yang mendunia, sekaligus pelopor pariwisata regeneratif di Indonesia. Konsep yang menekankan keberlanjutan, pelestarian lingkungan, dan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat lokal.
Begitupula kata Trisno, Desa Jatiluwih di Kabupaten Tabanan. Apalagi DTW ini mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Dalam ajang Green Destinations Top 100 Stories 2025 di Montpellier, Prancis, Jatiluwih dinobatkan sebagai salah satu destinasi berkelanjutan terbaik dunia. Desa ini menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang masuk daftar bergengsi tersebut.
Dengan tren peningkatan kunjungan wisatawan dan pengakuan dunia terhadap desa wisata seperti Jatiluwih menjadi bukti bahwa Bali telah bergerak ke arah pariwisata regeneratif dan ekonomi hijau.
“Kebangkitan Bali bukan hanya soal jumlah wisatawan, tetapi tentang kualitas kunjungan dan keberlanjutan,” paparnya.(Dika/balipost)