Wisatawan mancanegara dan domestik menikmati suasana di Pantai Double Six, Badung. Pantai ini merupakan salah satu pantai favorit para wisatawan dalam mengisi liburan. (BP/eka)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Kunjungan wisatawan ke Kabupaten Badung menunjukkan tren positif sepanjang tahun 2025. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Badung hingga September 2025, tercatat 653.955 wisatawan mancanegara datang berlibur ke Badung.

Angka ini meningkat 7,21 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 609.960 wisatawan.

Dari jumlah tersebut, wisatawan asal Australia mendominasi dengan 156.805 orang, disusul Tiongkok 46.529 orang, dan India 43.545 orang. Meski angka kunjungan meningkat, kondisi di lapangan justru menunjukkan fenomena berbeda. Sejumlah usaha pariwisata tutup, pasar seni sepi pengunjung, dan daya beli wisatawan menurun.

Baca juga:  Tumpukan Sampah Hari Raya Galungan Diolah Menjadi Kompos

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Badung Ida Bagus Namarupa saat ditemui Selasa (21/10) tidak menampik adanya perubahan karakter pasar wisata. “Ya, satu karena memang ada pergeseran pasar dari luar, yang kedua memang karena BHP harus wisatawan itu kan berubah terus ya. Karena dunia pariwisata, tren-nya itu berubah terus,” ujarnya.

Meski demikian, Namarupa menegaskan bahwa pariwisata Bali tidak boleh kehilangan jati dirinya. “Selagi kita bisa menjaga roh daripada pariwisata Bali itu, yaitu pariwisata yang berbasis budaya, maka kita tidak perlu khawatir. Orang datang ke Bali untuk menikmati warisan tradisi dan budaya kita,” jelasnya.

Baca juga:  Proses Pengaktifan Jadi Kadis Belum Rampung, Status Istri Wabup Suiasa Masih Menggantung

Ia menilai semua pemangku kepentingan harus kembali menghidupkan nilai-nilai budaya lokal. “Concern-nya harus semua stakeholder pariwisata, semua pelaku pariwisata ini mengembalikan roh pariwisata Bali ini memang pariwisata yang berbasis budaya,” tegasnya.

Terkait isu lingkungan, Namarupa menyebut kerusakan alam sangat berpengaruh terhadap pariwisata Bali. “Usaha-usaha yang menjaga lingkungan dan memiliki fokus sustainability program tentu akan disayangi dan digandrungi wisatawan. Kalau ada kerusakan lingkungan, itu sangat merugikan seluruh sektor, terutama pariwisata,” ujarnya.

Baca juga:  Kunjungan Pariwisata ke Buleleng Alami Penurunan

Ia juga mengingatkan pentingnya sinergi antara masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah untuk menjaga keberlanjutan pariwisata. “Kita mesti mulai melakukan tindakan nyata tentang sustainability, tentang Sapta Pesona, tentang Tri Hita Karana. Leluhur kita sudah mewariskan prinsip keberlanjutan itu,” katanya.

Selain itu, ia menyoroti masalah sampah yang masih menjadi tantangan serius. “Sampai saat ini pun Bali belum memiliki solusi tuntas untuk pengelolaan sampah. Jadi harus ada gerakan nyata di semua lini, mulai dari keluarga, banjar, hingga desa,” pungkasnya.(Parwata/balipost)

BAGIKAN