Ilustrasi. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Hujan lebat yang mengguyur Bali sejak Selasa (9/9) pagi hingga Rabu (10/9) siang mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah. Banjir besar yang disebut sebagai peristiwa terparah dalam sejarah Bali ini terjadi di Denpasar, Jembrana, Tabanan, Badung, Karangasem, Gianyar serta daerah lainnya juga terjadi bencana lainnya.

Hujan ekstrem ini menyebabkan banjir meluas di 123 titik, tanah longsor, bangunan roboh, hingga kerusakan fasilitas umum.

Berdasarkan laporan resmi Pemprov Bali, banjir tercatat di 81 titik di Kota Denpasar, 14 titik di Gianyar, 12 titik di Badung, 8 titik di Tabanan, 4 titik di Karangasem, dan 4 titik di Jembrana. Selain itu, 18 titik longsor terjadi di Gianyar, Karangasem, dan Badung, sementara 16 bangunan roboh dilaporkan di Denpasar, Gianyar, Badung, dan Karangasem.

Tak hanya itu, 3 jembatan jebol, sembilan pohon tumbang, serta kerusakan ruas jalan memperparah dampak bencana. Laporan korban jiwa mencatat 9 orang meninggal dunia (Denpasar 4, Jembrana 2, Gianyar 2, Badung 1) dan 6 orang masih dalam pencarian. Kerugian material diperkirakan cukup besar.

Di Denpasar saja, tercatat 474 unit kios, los, dan ruko terdampak, termasuk satu ruko tiga lantai roboh serta kerusakan berat pada sejumlah ruko di Pasar Kumbasari dan Jalan Sulawesi.

Itu merupakan kerusakan fisik. Namun, yang perlu diwaspadai yakni pascabanjir yang melanda berbagai wilayah di Bali ini. Terutama penyakit yang bisa terjadi pascabanjir.

Pusat Krisis Kementerian Kesehatan RI menyebutkan, sejumlah penyakit penyerta banjir. Setelah banjir menggenangi tempat tinggal penduduk, biasanya akan muncul banyak penyakit yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat, di antaranya adalah:

  • Diare
  • Demam berdarah
  • Penyakit leptospirosis atau demam banjir yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang menginfeksi manusia melalui kontak dengan air atau tanah yang masuk kedalam tubuh melalui selaput lendir mata atau luka lecet pada bagian tubuh.
  • Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
  • Penyakit kulit
Baca juga:  Pemkot Rancang Sodetan ke Laut Atasi Banjir di Pemogan

Penyakit saluran cerna lain, seperti demam tifoid

Memburuknya penyakit kronis karena penurunan daya tahan tubuh seseorang akibat musim hujan yang berkepanjangan.

Bukan hanya itu, dari laman Alodokter, Kemenkes RI juga menyebutkan beberapa penyakit yang sering diderita warga pascabanjir.

Berbagai penyakit yang sering muncul saat dan pascabanjir di antaranya:

  1. Flu

Flu atau influenza adalah infeksi virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza dan dapat menyebar melalui dahak, ingus, atau air liur yang dikeluarkan saat penderita flu batuk atau bersin. Seseorang yang terkena flu biasanya akan menunjukkan beberapa gejala, seperti demam, batuk, pegal-pegal, dan sakit tenggorokan. Flu sering kali bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi virus influenza terkadang bisa menimbulkan komplikasi berupa pneumonia.

2. Malaria

Malaria merupakan penyakit akibat infeksi parasit Plasmodium yang menular melalui gigitan nyamuk Anopheles. Sama seperti nyamuk Aedes aegypti, jenis nyamuk ini juga mudah berkembang selama musim hujan. Inilah yang membuat malaria menjadi endemik di daerah dengan curah hujan tinggi, termasuk Indonesia.

Baca juga:  Siap-siap! Pantai di Bali akan "Dibanjiri" Sampah Kiriman

Penyakit malaria dapat menyebabkan seseorang mengalami demam, nyeri tulang dan otot, menggigil, serta lemas. Pada kasus tertentu, malaria bisa menyerang otak dan menyebabkan malaria serebral yang bisa mengancam nyawa penderitanya.

3. Hepatitis A

Hepatitis A adalah peradangan organ hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A. Penyakit ini dapat menyebabkan munculnya gejala mual, muntah, kelelahan, sakit perut, hilang nafsu makan, dan demam. Pada kasus tertentu, hepatitis A juga dapat menimbulkan sakit kuning.

4. Demam tifoid

Demam tifoid atau tipes adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Kuman ini bisa menyebar melalui makanan dan air yang kotor, termasuk air banjir.

Orang yang terkena demam tifoid dapat mengalami demam hingga berminggu-minggu dan beberapa gejala lain, seperti nyeri perut, sakit kepala, kurang nafsu makan, konstipasi, dan diare.

5. Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit yang ditularkan melalui urine atau darah dari hewan seperti tikus, anjing, dan sapi. Seseorang juga bisa terkena penyakit ini ketika bersentuhan dengan tanah atau air yang telah terkontaminasi bakteri Leptospira.

Ketika terkena leptospirosis, seseorang bisa mengalami gejala sakit kepala, mual, muntah, mata merah, menggigil, nyeri di bagian betis, dan sakit perut. Pada kasus yang sudah parah, penyakit ini bisa menyebabkan sepsis, gangguan hati, gagal ginjal, meningitis, hingga gagal napas.

Selain berbagai penyakit tersebut, ada pula penyakit lain yang sering muncul ketika musim hujan tiba, yaitu serangan asma. Cuaca dingin di musim hujan kerap menjadi faktor pencetus kambuhnya gejala asma pada sebagian penderitanya.

Baca juga:  Hujan Lebat, Badung Selatan Dikepung Banjir

Cara mencegah serangan penyakit penyerta banjir :

Memperkuat daya tahan tubuh. Dengan sistem imun yang kuat, tubuh akan mampu melawan berbagai kuman dan virus penyebab infeksi. Dengan demikian, risiko terkena penyakit di saat banjir dan musim hujan pun bisa berkurang.

Anda bisa memperkuat imunitas saat musim hujan dengan mengonsumsi makanan bergizi dan kaya antioksidan, seperti buah dan sayuran, serta mencukupi waktu istirahat.

Berolahraga secara teratur. Musim hujan bukan menjadi penghalang bagi Anda untuk tetap rutin berolahraga. Hal ini dikarenakan olahraga sangat penting untuk memelihara kebugaran tubuh, sehingga Anda pun dapat terhindar dari penyakit.

Ada berbagai jenis penyakit yang dapat Anda lakukan di dalam rumah selama musim hujan, misalnya lompat tali, yoga, push-up, dan sit-up. Anda disarankan untuk rutin berolahraga setidaknya 30 menit setiap harinya atau minimal tiga kali seminggu.

Dengan mengetahui berbagai macam jenis penyakit yang akan mengintai saat terjadinya banjir, diharapkan masyarakat dapat bersegera dalam melakukan pencegahan, seperti rutin membersihkan lingkungan, meningkatkan daya tahan tubuh melalui aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, hingga bersegera dalam melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami gejala penyakit.

Berbagai langkah pencegahan diatas, tidak hanya akan memberikan tubuh yang sehat, namun juga membantu melestarikan lingkungan hidup dan meminimalisir potensi terjadinya banjir di Indonesia. (Asmara Putera/balipost)

BAGIKAN