
DENPASAR, BALIPOST.com – Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Sadikin meninjau kondisi RSUD Wangaya pada Jumat (24/10) siang. Kunjungan bertujuan melihat langsung dampak banjir terhadap rumah sakit tipe B milik Pemkot Denpasar tersebut.
Direktur RSUD Wangaya, dr. AA Made Widiasa mengatakan, kunjungan Menkes ini untuk memastikan apa saja dampak banjir terhadap RSUD Wangaya. “Kami sudah sampaikan alat dan ruangan yang kena dampak banjir,” ujarnya.
Menkes tidak hanya meninjau alat kesehatan (alkes) yang terdampak banjir, tapi juga ruangan, gedung penunjang, gedung penyimpanan obat, gedung parkir. “Semuanya ditinjau alat-alatnya,” ujarnya.
Dengan total kerugian akibat banjir mencapai Rp50 miliar, pihaknya bersyukur karena RSUD Wangaya direncanakan mendapatkan bantuan alkes sebanyak 12 macam. Menkes merencanakan bantuan alkes tersebut guna memenuhi pelayanan di RS tipe B.
Sementara, terkait pembangunan gedung serta antisipasi banjir, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas PUPR dan Wali Kota Denpasar. “Kami sudah koordinasi dengan PUPR untuk pelaksanaan pembangunan di bantaran sungai,” ujarnya.
Menurutnya, pembangunan gedung RSUD Wangaya sesuai perencanaan awal sebelum terjadi banjir. Perencanaan dimaksud yaitu tahun 2026 pembangunan poliklinik dan tahun 2027 pembangunan gedung rawat inap dengan kapasitas 400 bed termasuk pembangunan rumah duka. Pembangunan akan dilakukan hingga 2029.
Sebelumnya, Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa mengatakan, pembangunan di RSUD Wangaya dimulai tahun 2026 dengan melakukan perbaikan di poliklinik terlebih dulu dengan anggaran Rp100 miliar yang dianggarkan di APBD induk 2026.
Sementara, proses KPBU untuk pembangunan gedung yang lain seperti IGD, ruang rawat inap, dan rumah duka ditargetkan mulai dilaksanakan awal 2027.
“Kami skenariokan proses KPBU yang di RSUD Wangaya paling cepat berjalan pertengahan 2026 sehingga ketika poliklinik selesai dan pertengahan 2026 sudah ada pemenang KPBU, maka awal 2027 pembangunan fisik proyek KPBU di RSUD Wangaya sudah bisa dilakukan,” ujarnya.
Pembangunan poliklinik diproyeksi menelan anggaran Rp100 miliar, sedangkan proyek KPBU diproyeksi menghabiskan anggaran Rp300 miliar. (Citta Maya/balipost)










