Pengecekan areal lokasi sawah di Perean, Baturiti yang terdampak serangan hama tikus. (BP/Ist)

TABANAN, BALIPOST.com – Ancaman hama kembali menghantui petani padi di Kabupaten Tabanan. Data Dinas Pertanian mencatat sepanjang periode 1–15 Agustus 2025, sedikitnya 25 hektar lahan padi terdampak serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), didominasi oleh hama tikus.

Sebaran terbesar terjadi di Kecamatan Baturiti dan Selemadeg. Di Baturiti, dari total luas tanam 1.557 hektar, sebanyak 11 hektar diserang tikus dengan intensitas rusak ringan. Sementara di Selemadeg, dari luas tanam 446 hektar, serangan tikus juga meluas ke 11 hektar lahan, bahkan dengan kategori rusak sedang.

Kecamatan lain juga tidak luput dari serangan. Di Marga, dari 111 hektar lahan padi, 2 hektar terdampak tikus dan 1 hektar diserang penyakit tungro. Selanjutnya, di Kecamatan Penebel, dari 2.995 hektar sawah, terdapat 5 hektar yang terserang tungro dengan intensitas rusak ringan.

Baca juga:  Kuasai Sabu-sabu 6,44 Gram, Diganjar 12 Tahun Penjara

Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian Tabanan, I Gusti Putu Purnayasa, seizin Kepala Dinas Pertanian Tabanan, I Made Subagia, mengungkapkan bahwa serangan ini masih tergolong ringan dan belum menimbulkan puso atau gagal panen. Namun, ia mengingatkan bahwa tren peningkatan intensitas serangan tikus cukup mengkhawatirkan.

“Di Baturiti terlihat jelas ada peningkatan. Kemungkinan tren serangan akan terus naik pada akhir bulan nanti, khususnya dari tikus,” jelasnya, Rabu (20/8).

Menurutnya, siklus serangan tikus biasanya terjadi setiap 8–10 tahun sekali. Kali ini, keberadaan pakan berupa bulir padi yang mulai memasuki musim panen serta kondisi lingkungan yang mendukung membuat populasi tikus semakin cepat berkembang.

Baca juga:  Baru 4 Bulan Menjabat Pangdam IX/Udayana, Mayjen Bambang Trisnohadi Dimutasi

Untuk mencegah kerugian lebih besar, pihaknya menggencarkan koordinasi dengan pengurus subak melalui upaya pengendalian pemasangan umpan tikus pada lahan sawah yang masih ditanami, serta upaya pengropyokan massal setelah panen. “Saat ini hanya upaya pemasangan umpan dan pengropyokan yang bisa dilakukan, karena stok racun tikus di provinsi kosong sejak tiga bulan terakhir. Sehingga kami tidak bisa fasilitasi untuk pengendalian dengan racun tikus,” ungkapnya.

Meski serangan saat ini masih tergolong ringan, Purnayasa menegaskan bahwa hama tikus tidak bisa diprediksi. “Hari ini ringan, bisa saja besok meluas jadi serangan berat. Kalau tidak segera dikendalikan, potensi gagal panen bisa terjadi,” pungkasnya.

Baca juga:  Hari Kedelapan Pencarian, Tiga Jenazah Diduga Korban KMP Tunu Ditemukan

Sementara itu, serangan hama tikus ini juga dikeluhkan oleh salah satu Pengelola usaha penggilingan beras Boki Murni di Desa Bengkel, Kediri, Pande Putu Widya Paramarta. Kata dia, di tengah lonjakan harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani yang menyentuh Rp7.300 per kilogram atau di atas harga pembelian pemerintah (HPP) Rp6.500 per kilogram, lonjakan harga tersebut tidak dibarengi dengan kualitas gabah yang prima. Saat ini rendemen gabah cenderung rendah dan gabah banyak yang terdampak serangan hama tikus, sehingga kualitasnya kurang baik.

“Namun karena panen yang sedikit, membuat harga gabah di tingkat petani ini tetap terserap untuk memenuhi produksi penggilingan,” tandasnya. (Manik/bisnisbali)

 

BAGIKAN