Sejumlah tokoh Bali hadir pada peluncuran Buku Singgasana Battisi Takhta 32 Bidadari, di Denpasar, Selasa (12/8). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Buku Singgasana Battisi Takhta 32 Bidadari, Kisah-Kisah Agung Sang Raja Vikramaditya karangan Prof. Gautam Kumar Jha mengungkap tentang hubungan historis India dengan Nusantara.

Buku bergenre fiksi dengan gambar ilustrasi tersebut diluncurkan Selasa (12/8). Prof. Gautam Kumar saat ini mengajar Bahasa Indonesia di Jawaharlal Nehru University (JNU), New Dehli. Ia meraih gelar Ph.D dan M.Pil dengan fokus pada Islam di Indonesia dari School of Internasional Studies, JNU.

Prof. Gautam Kumar Jha menyampaikan hubungan budaya antara daratan India dan Nusantara di masa lampau mempunyai sejarah panjang. Hubungan India dan Nusantara terjalin sangat jauh sebelum terbentuknya negara modern.

Baca juga:  DPRD Denpasar Pesimis Pasar Badung Bisa Rampung Tahun Ini

Dikatakan, berbagai prasasti menjadi bukti kuatnya hubungan India dan Nusantara. Hubungan tersebut merupakan semangat kebaikan dan bekerjasama demi kemakmuran, kesejahteraan dan berkembangnya kebajikan di masyarakat.

Ia mengatakan buku yang ditulisnya sebagai bentuk sumbangsih dan melanjutkan kerja sama yang baik yang telah terjalin dari puluhan abad sebelumnya. Prof. Jha berharap buku Singgasana Battisi menjadi teman belajar dan berdiskusi bagi masyarakat Indonesia.

Konsulat Jendral India Wilayah Bali, Dr. Shasank Vikram menyambut baik kolaborasi akademisi India dan Bali ini. Diharapkan ke depan terjalin berbagai kolaborasi nyata antara India dan Bali, baik sesama akademisi, politisi maupun budaya dan keagamaan.

Baca juga:  Kasus COVID-19 di India Lewati 9 Juta Orang

Dinyatakan India dan Bali telah bekerja sama dan memiliki hubungan baik sejak masa lampau dan harus terpelihara demi kemajuan bersama. “Kami akan mendorong terus kerjasama dalam berbagai bidang,” pungkasnya

Sementara itu, Anggota DPRD Provinsi Bali Dr. Somvir mengatakan buku Singgasana Battisi merupakan cerita dari Raja Vikramaditya yang memuat tentang kebaikan sehingga harus terus disebarluaskan.

Seorang politisi menurutnya harus juga belajar dari kepemimpinan Raja Vikramaditya yang bertindak arif, adil dan senantiasa bekerja untuk kemakmuran rakyat. Selain itu, seorang pemimpin harus menghabiskan waktunya untuk kebaikan masyarakat dan memberikan yang terbaik sepanjang hidup.

Baca juga:  Gelar Sales Mission di Colcata, Badung Disambut Antusias

Sedangkan, Ida Pandita Mpu Acarya Jaya Daksa Wedananda mewakili Sabha Kertha Sulinggih Hindu Bali menekankan pentingnya upaya penyediaan buku-buku Hindu. Diungkapkan, Walmiki Ramayana dan Mahabharata dalam sejarahnya di Nusantara telah disadur kembali dalam Bahasa Nusantara.

Pada Dinasti Sanjaya, abad ke-8 telah disusun buku Ramayana, sementara Mahabharata diterjemahkan dalam proyek mangjawaken byasamata oleh Raja Dharmawangsa Teguh di Jawa Timur pada tahun 996 masehi.

Namun demikian, setelah lebih dari seribu tahun, aura literasi tampak meredup, tidak banyak buku-buku yang kembali diterjemahkan maupun disadur. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN