
DENPASAR, BALIPOST.com – Pengelola Pasar Kreneng mulai mengerjakan pola penanganan sampah dengan teba modern. Hal ini dilakukan untuk mengurangi sampah yang dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Suwung.
Kepala Unit Pasar Kreneng I Gusti Ngurah Arya Kusuma, Jumat (18/7) mengatakan, sejak 28 Juni pasar Kreneng telah mengoperasikan teba modern. Total ada 3 lubang yang ditanam di sekitar pasar.
“Habis mendapat arahan kita langsung buat lubang teba modern, ada 3 bis yang tertanam dengan diameter 80 cm ujarnya,” ujarnya.
Hampir tiga minggu berjalan, adanya teba modern telah diiringi dengan upaya pemilahan sampah organik dan anorganik. Namun pemilahan saat ini masih dilakukan oleh tim baru yang dibentuk pasar sebanyak 6 orang.
“Pedagang mengumpulkan sampah usai tutup lapak atau kiosnya, kita yang menyapu dan mengumpulkan sampah para pedagang,” ujarnya.
Diakui hingga saat ini sampah yang dikumpulkan pedagang belum terpilah namun ke depan edukasi pemilahan akan dilakukan.
Per hari, Pasar Kreneng menghasilkan sampah 6-7 meter kubik. Sampah tersebut ditampung di kontainer lalu dibuang ke TPA Suwung. Dengan adanya teba modern, ia berharap dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA Suwung 10 persen dan akan terus ditingkatkan penurunannya.
Dengan kondisi sampah organik terbanyak dibanding sampah anorganik, maka ia yakin dapat mengurangi sampah yang masuk ke TPA. Pasalnya sampah organik dapat dikelola di teba modern. Tak perlu dicacah, karena lubang yang dibuat cukup besar untuk memasukkan sampah pedagang.
Pasar yang memiliki sampah cukup beragam diakui ada kesulitan tersendiri yang dihadapi dalam pengelolaannya. Karena imbauan pemilahan ke pedagang belum dilakukan maksimal.
“Karena mereka (pedagang) menganggap, bahwa soal sampah tanggung jawab kita (pengelola pasar). Dia merasa sudah membayar biaya kebersihan sehingga mereka tidak mau memilah. Kesulitannya itu saja, menyadarkan pedagang agar mau memilah,” ujarnya.
Rencananya jika di pedagang sudah terpilah sehingga yang dibuang ke TPA Suwung sudah terpilah.
Sebelumnya, Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sekar Tanjung Desa Sanur Kauh I Putu Sila Dharma mengatakan, TPS3R berupaya mengoptimalkan pengelolaan sampah agar meminimalkan pembuangan ke TPA. Ia menerima berbagai macam sampah namun yang sudah terpilah baik sampah organik, sampah anorganik, bahkan sisa makanan.
Sampah organik dicacah dan diolah menjadi kompos, sampah anorganik dibersihkan dan dipilah lagi untuk dijual ke pihak ketiga, sedangkan sisa makanan juga dikerjasamakan dengan peternak babi.
“Dari hasil pemilahan sampah anorganik itu, menghasilkan residu. Residu ini yang berupaya kita kelola dengan incenerator. Tapi incenerator hanya untuk residu,” tegasnya.
Jika incenerator diterapkan di setiap desa menurutnya, akan menjadi alasan untuk tidak memilah sampah. “Nanti orang malas pilah sampah. Saya tidak setuju incenerator jika diperuntukkan untuk semua sampah, tapi hanya untuk residu,” imbuhnya. (Citta Maya/Balipost)